WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Calon presiden (capres) dari Partai Demokrat Joe Biden pada Rabu (4/11/2020) malam waktu setempat semakin meyakinkan untuk melenggang ke Gedung Putih setelah memenangi Michigan dan Wisconsin.
Namun, kemenangan Biden tersebut ditanggapi capres petahana dari Partai Republik Donald Trump dengan kemarahan. Tim kampanyenya menuntut untuk menangguhkan penghitungan suara.
Dalam pidato singkatnya di televisi nasional yang didampingi calon wakil presiden (cawapres) Kamala Harris, Biden mengatakan belum akan mengumumkan kemenangannya.
Namun, jika penghitungan suara selesai, dia yakin akan memenanginya, sebagaimana dilansir AFP, Kamis (5/11/2020).
Dengan mengambil alih Michigan dan Wisconsin, Biden meraup 264 electoral voice (suara elektoral), sedangkan Trump dilaporkan memperoleh 214 suara elektoral.
Baca juga: Pilpres AS: Biden Ungguli Penghitungan Sementara Suara, Trump Kirim Serangkaian Tuntutan Hukum
Sementara itu, sejumlah negara bagian lain belum rampung menghitung pemungutan suara, seperti Nevada, Georgia, North Carolina, dan Georgia.
Jika Biden memperoleh enam suara di Nevada, atau bahkan memenangi negara bagian kunci Pennsylvania, dia akan meraup 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk mengambil alih Gedung Putih.
Trump menuduh penghitungan suara telah dicurangi, sedangkan Biden berusaha untuk terlihat tenang.
"Saya tahu betapa dalam dan sulitnya berbeda pandangan di negara kita dalam banyak hal," kata Biden sebagaimana dilansir AFP.
"Namun, saya juga tahu ini juga: untuk membuat kemajuan kita harus berhenti memperlakukan lawan kita sebagai musuh. Kita bukan musuh. Apa yang menyatukan kita sebagai orang Amerika jauh lebih kuat daripada apa pun yang dapat memisahkan kita,” tambah Biden.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Donald Trump Kalah dalam Pilpres Amerika?
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan