Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Terhenti, Ini Tantangan Pengembangan Vaksin Corona AstraZeneca

Kompas.com - 01/11/2020, 22:26 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Jika vaksin pada akhirnya disetujui dan pabrik dapat memproduksi sejumlah besar dosis vaksin ke pasar pada tahap awal, keuntungan yang didapat akan sangat besar. Tetapi risiko ketika vaksin tidak disetujui juga sangat besar.

Baca juga: AstraZeneca Akan Lanjutkan Uji Coba Vaksin Covid-19 di AS

Diserang kritikus

Kritikus seperti ahli ekologi kesehatan Austria Clemens Arvay, melihat semua ini sebagai konfirmasi dari keyakinan mereka bahwa industri farmasi besar, yang didukung oleh sponsor seperti Bill Gates dan dengan “persetujuan politik diam-diam”, ingin menghasilkan vaksin dengan biaya berapa pun untuk mengejar keuntungan.

Arvay, seorang ahli biologi yang juga menjalankan YouTube, berpendapat bahwa dalam prosesnya, pengembangan vaksin corona mengabaikan kehati-hatian medis dan membahayakan kesehatan masyarakat.

Dia berargumen dengan sejumlah poin yakni zat aktif tidak menciptakan perlindungan yang cukup terhadap infeksi, saat pengujian tahap praklinis pada primata, namun disetujui untuk percobaan gabungan tahap 1 dan 2.

Pada tahap ini terjadi efek samping yang parah: demam dan penurunan sel darah putih (neutropenia).

Meskipun demikian, vaksin tersebut telah disetujui untuk tahap 3. Dan ada insiden serius pada tahap 3, dengan satu relawan menderita myelitis transversal. Penelitian sempat dihentikan sementara.

Baca juga: Seorang Mahasiswa Rela Disuntik Vaksin Covid-19 Eksperimental dan Bayar Rp 902.555

Peneliti menanggapi kekhawatiran dengan serius

"Saya dapat memahami kekhawatiran bahwa orang-orang tidak bekerja dengan hati-hati karena tekanannya sangat besar," kata Profesor Stephan Becker, ahli virus dari Universitas Marburg di Jerman.

"Jadi, ada beberapa alasan untuk tetap memperhatikan berbagai hal," tambahnya.

Becker sendiri terlibat dalam studi gabungan uji klinis Tahap 1 dan 2. Institusinya melakukan pemantauan kekebalan dalam "uji netralisasi", atau tes untuk antibodi penetral.

Ini berarti dia dan rekan-rekannya memeriksa apakah salah satu dari tiga respons kekebalan yang diinginkan terhadap vaksinasi berhasil.

"Saya tidak melihat bahwa industri memberikan tekanan halus pada para ilmuwan dan otoritas regulator. Otoritas regulator sekarang sangat fokus pada vaksin Covid-19 dan memusatkan upayanya terhadap itu, tetapi ini bukan berarti bahwa orang-orang bekerja secara kurang hati-hati," kata Becker.

Baca juga: Singapura Akan Mulai Vaksin Warga dari Covid-19 pada 2021

Apakah vaksin ini efektif?

Dalam kritiknya, Arvay mengacu pada pendapat para ahli seperti ahli genetika dan ahli biologi molekuler AS terkemuka William A Haseltine.

Pada Mei, Haseltine sempat menyatakan keraguannya tentang keefektifan vaksin dalam sebuah artikel di Forbes. Dia menulis bahwa dia kecewa dengan hasil tahap praklinis, saat vaksin itu diujikan pada hewan.

Namun Becker memiliki interpretasi yang berbeda terhadap hasil penelitian ini, yang dipublikasikan sebagai preprint di BioarXiv dan di Nature.

Vaksin ini pertama kali diujikan pada tikus, dan kemudian pada kera. Becker mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua tikus menunjukkan reaksi setelah vaksinasi, yakni menghasilkan tiga bentuk kekebalan yang diinginkan.

"Mereka memiliki titer penetral dan titer ELISA. Dan tampaknya respons sel-T juga bekerja," katanya. Dia melihat tes dengan kera menghasilkan hasil yang serupa.

Baca juga: Vaksin Corona Sputnik V Akan Diproduksi di Korea Selatan

Butuh komunikasi lebih baik

Beberapa hari setelah relawan Inggris yang mengalami sakit saat uji klinis tahap 3, diperbolehkan keluar dari rumah sakit, para ilmuwan melanjutkan studi uji klinis tahap 3.

Becker yang tidak terlibat dalam studi tahap 3, meyakini bahwa rekan-rekan medisnya akan melanjutkan penelitian dengan teliti dan hati-hati.

"Mereka hanya berusaha untuk menjadi sangat cepat. Dan itulah yang diinginkan banyak orang. Beberapa tidak ingin divaksinasi - saya juga dapat memahaminya. Tetapi bagi banyak orang, vaksin mudah-mudahan merupakan kesempatan baik untuk kembali normal," katanya.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Sputnik V Buatan Rusia Akan Diuji Coba di India

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com