Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Perancis Sebut Erdogan Harus Tunjukkan Hormat dan Tak Boleh Bohong

Kompas.com - 01/11/2020, 20:43 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron menegaskan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan harus menunjukkan sikap hormat dan tak boleh bohong.

Macron juga menekankan bahwa Erdogan mengadopsi "perilaku bermusuhan" kepada negara yang menjadi anggota Pakta Kerja Sama Atlantik Utara (NATO).

"Turki itu mempunyai perilaku yang bermusuhan dengan sekutnya di NATO," kecam Macron dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Sabtu (31/10/2020).

Baca juga: Coba Redakan Ketegangan Muslim, Ini yang Presiden Perancis Katakan

Dilansir AFP, Presiden Perancis berusia 42 tahun itu menuding Ankara melakukan intervensi di Mediterania, Suriah, dan Libya.

Macron menuturkan, yang Perancis inginkan saat ini adalah situasinya "tenang". Karena itu, dia pun mengajukan permintaan kepada Erdogan.

"Presiden Turki harus menghormati Perancis, menghormati Uni Eropa, menghormati nilainya, tak bohong, dan tidak melakukan penghinaan," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Macron juga menyampaikan dukacita atas gempa bumi di Izmir dan menawarkan mengirimkan bantuan ke lokasi bencana.

Dia menjabarkan intervensi Ankara di Suriah merupakan perilaku yang "mengejutkan sekaligus agresi" terhadap sekutunya di NATO.

Macron juga menuding Turki tak menghormati embargo senjata di Libya, sementara melakukan "agresi berlebihan" di timur Mediterania.

Baca juga: Erdogan Sindir Presiden Perancis untuk Periksa Mental


"Saya mencatat Turki mempunyai kecenderungan ingin berkuasa di kawasan, dan saya pikir itu tidak baik untuk stabilitas," kata dia.

Dua negara anggota NATO itu terlibat ketegangan dalam beberapa pekan terakhir, yang mencapai puncak ketika Erdogan meminta Macron untuk "periksa mental".

Paris pun gusar dan kemudian merepons dengan memanggil pulang duta besarnya di Ankara guna melakukan konsultasi atas hinaan Erdogan tersebut.

Meski begitu pada Sabtu, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian menyatakan mereka akan mengirim lagi duta besar setelah sepekan absen.

Kepada RTL, Le Drian berkata Turki sudah "membuat pilihan yang disengaja" untuk mempergunakan kasus pemenggalan guru bernama Samuel Paty.

Baca juga: Erdogan Minta Warga Turki agar Boikot Produk Perancis

Paty dipenggal oleh remaja 18 tahun asal Chechen bernama Abdoullakh Anzorov setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.

Le Drian kemudian menuding Ankara sudah "meluncurkan kampanye yang penuh kebencian dan fitnah terhadap Perancis" dan berujung pada pemanggilan duta besar.

Namun pada pekan ini, mereka kembali mengirimkan duta besarnya setelah Ankara mengirimkan kecaman atas penusukan di gereja Nice.

Melalui kecaman itu, Le Drian menjelaskan pesan Turki "berbeda, jelas, tak ambigu, namun tak menjabarkan klarifikasi".

"Kami meminta duta besar kembali ke Ankara untuk meminta klarifikasi dari pejabat Ankara," tutup Le Drian.

Baca juga: Dikritik Erdogan, Presiden Perancis Dapat Dukungan Pemimpin Eropa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com