Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Italia Dituduh Datangkan Tersangka Pembunuhan di Gereja Perancis

Kompas.com - 31/10/2020, 16:59 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

ROMA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri Italia, Luciana Lamorgese menolak tuduhan yang mengatakan dia adalah peyebab datangnya tersangka pelaku penyerangan mematikan di gereja kota Nice, Perancis.

Kepolisian Nice pada Jumat (30/10/2020) memberikan keterangan bahwa tersangka pelaku penyerangan di gereja adalah seorang pria imigran asal Tunisia yang datang melalui pulau Lampedusa, Italia yang menjadi tujuan utama para imigran asal Afrika menuju Eropa.

Keterangan polisi setempat tersebut disambut oleh pemimpin partai Liga anti-migran, Matteo Salvini, yang memandu suara sayap kanan dan tengah menyerukan pengunduran diri Lamorgese.

Ia menuduh Lamorgese dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menanggung "tanggung jawab moral" dari serangan di kota Nice, Perancis pada Kamis (29/10/2020).

"Tidak ada tanggung jawab di pihak kami," ujar Lamorgese pada Jumat (30/10/2020) seperti yang dilansir dari Al Jazeera.

Baca juga: Perancis Terjebak dalam Pusaran Kontroversi Kartun Nabi Muhammad

"Waktu akan menghentikan polemik ini dan mendekatkan (Italia) dengan masyarakat Perancis dan negara Eropa lainnya, karena ini adalah serangan terhadap Eropa," imbuhnya.

Tersangka pembunuhan di gereja kota Nice yang bernama Brahim Aouissaoui berusia 21 tahun, pada 20 September tiba di Eropa melalui Lampedusa, sebuah pulau Italia di tepi selatan Eropa yang telah lama menjadi titik masuk pertama bagi mereka yang menyeberangi Laut Mediterania dalam upaya mencapai Eropa.

Lebih dari 27.000 pengungsi dan migran mencapai Italia melalui laut berdasarkan data dari 1 Januari hingga 29 Oktober, yang menunjukkan jumlahnya meningkat.

Dibandingkan pada periode yang sama pada 2019, pengungsi dan migran itu jumlahnya di batas 9.533, menurut data kementerian dalam negeri.

Lebih dari 11.000 pengungsi dan migran baru tiba dari Tunisia.

Baca juga: Sebelum Beraksi, Pelaku Teror Gereja Perancis Sempat Telepon Keluarga

Perjalanan tersangka

Menyusul kedatangannya ke Lampedusa di tengah pandemi virus corona, Brahim Aouissaoui diisolasi dengan sekitar 800 orang lainnya di kapal karantina Rhapsody, dan kemudian dipindahkan ke kota daratan utama Bari.

Larmorgese mengatakan Aouissaoui sebelumnya tidak pernah ditandai sebagai potensi ancaman oleh otoritas Tunisia atau badan intelijen.

Namun, komite keamanan parlemen meminta sesi untuk menanyai Lamorgese dan kepala polisi Franco Gabrielli tentang transit tersangka.

Seperti semua warga Tunisia yang memasuki Italia yang diklasifikasikan karena masalah ekonomi, Aouissaoui diminta untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 7 hari mulai dari 8 Oktober.

Baca juga: Keluarga Pelaku Teror di Perancis: Kami Ingin Bukti, jika Benar, Hukum Dia

Namun, alih-alih pulang ke rumah, dia menuju ke Perancis.

Lamorgese tidak memberikan perincian tentang tindakan apa, jika ada, untuk memastikan Aouissaoui mematuhi perintah tersebut.

Pria 21 tahun itu tiba di Nice dengan kereta pada Kamis dini hari (29/10/2020) sebelum memasuki Basilika Notre-Dame, di mana dia diduga melakukan serangan mematikan kepada 3 korban.

Memenggal kepala seorang wanita berusia 60 tahun, memotong tenggorokan seorang pria berusia 55 tahun, dan menikam wanita berusia 44 tahun, yang berhasil melarikan diri ke kafe terdekat sebelum meninggal karena luka parah.

Tersangka saat ini dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah ditembak berkali-kali oleh polisi dalam proses penangkapannya.

Baca juga: Warga Perancis Marah menjadi Target Serangan Terorisme

Menciptakan ketidakamanan

Salvini, mantan menteri dalam negeri, mengkritik pemerintah Italia sekarang karena "mengizinkan masuknya pembunuh berdarah dingin di Eropa", merujuk pada amandemen RUU kontroversial tentang imigran, pada awal Oktober. 

Salvini mengkritik kebijakan itu “dibandingkan menghasilkan keamanan, justru menciptakan ketidakamanan". 

Lamorgese kemudian menyoroti pihak Salvini sebagai oposisi yang meminta maaf kepada Perancis atas peristiwa pembunuhan yang terjadi di gereja kota Nice.

"Saya bertanya pada diri sendiri mengapa di sini pasukan oposisi, meminta maaf hari ini kepada Perancis," kata Lamorgese.

Baca juga: Ibu Pelaku Teror Penyerangan Pisau di Perancis Menangis dan Terkejut atas Perbuatan Anaknya

"Dari semua ungkapkan solidaritas, saya tidak berpikir untuk meminta maaf dalam kasus ini maupun kasus serius lainnya, seperti serangan terhadap London Underground, di Jembatan London pada 2017, dan di Rambla (Barcelona) pada 2017,” ujarnya.

Anna Simone, seorang profesor ilmu politik di Roma Tre University yang pekerjaannya berfokus pada penelitian kriminalisasi migran di media, mengatakan bahwa peristiwa seperti serangan di Nice “meningkatkan kebencian terhadap migran dengan cara yang tidak pandang bulu, dan mengaitkan sosok migran menjadi salah satu teroris dengan konsekuensi yang sangat berbahaya".

“Jelas episode seperti itu kemudian dipergunakan oleh sayap kanan untuk mengkritik kebijakan migrasi saat ini,” kata Simone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com