Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Al-Qaeda Masih "Terikat Kuat" dengan Taliban, Akankah Perdamaian di Afghanistan Tercapai?

Kompas.com - 29/10/2020, 17:03 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

KABUL, KOMPAS.com - Al-Qaeda masih "terikat kuat" dengan Taliban yang beroperasi di Afghanistan, terlepas dari perjanjian bersejarah AS-Taliban awal tahun ini.

Pada awal 2020, AS menandatangani perjanjian dengan Taliban yang berkomitmen menarik mundur semua pasukan militer Amerika dari Afghanistan pada tahun depan, jika Taliban memastikan kelompoknya termasuk al-Qaeda, tidak menggunakan wilayah Afghanistan untuk merencanakan serangan internasional.

Namun, Edmund Fitton-Brown, koordinator Tim Pemantau PBB untuk Negara Islam, Al-Qaeda dan Taliban,  mengatakan kepada BBC bahwa Taliban memiliki janji kepada al-Qaeda untuk tetap bersekutu, menjelang perjanjiannya dengan AS.

"Taliban berbicara secara teratur dan pada tingkat tinggi dengan al-Qaeda. Keyakinan mereka bahwa mereka akan menghormati hubungan bersejarah mereka," kata Fitton-Brown seperti yang dilansir dari BBC pada Kamis (29/10/2020).

Dia mengatakan hubungan antara al-Qaeda dan Taliban "tidak secara substansial" diubah oleh kesepakatan yang dicapai dengan AS.

"Al-Qaeda sangat terikat dengan Taliban dan mereka melakukan kesepakatan baik dalam aksi dan pelatihan militer dengan Taliban, yang mana itu tidak berubah," kata Fitton-Brown.

Menyingkirkan ancaman dari al-Qaeda dan menggulingkan rezim Taliban adalah dasar untuk invasi AS di Afghanistan, setelah terjadi serangan 9/11.

Pada saat itu, Presiden George W. Bush bersumpah untuk memburu para militan yang menjadi dalang tragedi itu, sampai "tidak ada tempat untuk lari, atau bersembunyi, atau tempat yang membuatnya tenang".

Baca juga: Bom Bunuh Diri Serang Pusat Pendidikan di Afghanistan, Tewaskan 24 Orang

Kekuatan dan kemampuan al-Qaeda dalam menyerang Barat telah secara signifikan berkurang selama dekade terakhir ini, tapi pemimpin Ayman al-Zawahiti diyakini tetap berada di Afghanistan bersama dengan sejumlah tokoh senior al-Qaeda.

Badan intelijen Afghanistan mengumumkan pada Sabtu (24/10/2020), bahwa mereka telah membunuh Husam Abd al-Rauf, seorang anggota berpangkat tinggi al-Qaeda Mesir, dalam sebuah operasi di provinsi Ghazni.

Fitton-Brown mengatakan kepada BBC bahwa meskipun kelompok kecil, al-Qaeda tetap "tangguh" dan "berbahaya".

Pejabat Taliban beriskeras bahwa mereka akan sepenuhnya mematuhi kesepakatan dengan AS, yaitu mencegah berbagai kelompok yang menggunakan tanah Afghanistan sebagai markas untuk merencanakan serangan terhadap AS dan sekutunya.

Kelompok para pemberontak itu mengatakan bahwa mereka hanya memiliki tujuan untuk menerapkan "pemerintahan Islam" di Afghanistan, dan tidak akan menimbulkan ancaman untuk berbagai negara.

Taliban juga menggarisbawahi bahwa perjuangannya melawan kelompok militan ISIS sebagai contoh komitmennya dalam melawan ekstrimis lainnya.

Baca juga: Bom Bunuh Diri Guncang Afghanistan, 18 Orang Tewas

Taliban menganggap ISIS adalah lawan, padahal mereka memiliki hubungan dekat dengan al-Qaeda sejak lahirnya kelompok itu.

Fitton-Brown mengatakan bahwa dia telah mencatat laporan baru-baru ini tentang Taliban yang mengharuskan beberapa pejuang asing Pakistan di Afghanistan untuk mendaftar di kelompok mereka dan tunduk pada kode larangan untuk menyerang di luar Afghanistan.

Fitton-Brown melanjutkan bahwa belum jelas apakah perjanjian AS-Taliban itu berlaku untuk al-Qaeda, atau apakah itu adalah langkah "yang tidak dapat dibatalkan" untuk mencegah militan asing yang menjadi ancaman internasional dari Afghanistan.

Para pejabat Amerika tidak jelas ketika ditanyai apakah mereka percaya Taliban sepenuhnya mematuhi komitmennya terhadap al-Qaeda, seringkali menunjukkan bahwa informasi tersebut dirahasiakan.

"Kami berharap Taliban menghormati komitmen yang mereka buat...untuk mengakhiri semua hubungan dengan organisasi teroris di Afghanistan," ujar Duta Besar Nathan Sales, koordinator kontraterorisme di departemen luar negeri AS, mengatakan kepada BBC.

"Kami berniat untuk terus memantau situasi dengan sangat dekat untuk memastikan tindakannya cocok dengan kata-kata," lanjut Sales.

Baca juga: Orang Kedua Al Qaeda Dibunuh Pasukan Afghanistan, Masuk Daftar Teroris Paling Dicari FBI

Namun, dengan konflik Afghanistan yang tak kunjung usai, Presiden Trump telah menjelaskan keinginannya untuk membawa pulang pasukan AS secepat mungkin.

Jumlahnya telah dikurangi menjadi sekitar 4.500, dengan pengurangan lebih lanjut menjadi 2.500 yang diharapkan dapat dilakuakn pada Januari 2021.

Seorang diplomat yang mengamati dengan seksama proses tersebut mengatakan kepada BBC, bahwa rencana penarikan pasukan AS tidak lagi "berdasarkan kondisi", tetapi "berdasarkan agenda", menunjukkan bahwa prioritas utama Presiden Trump adalah untuk mengakhiri perang terlama Amerika.

Menurutnya, kadang-kadang Presiden Trump tampak tidak sejalan dengan penasihat militer, yang baru-baru ini mengkritik pejabat pertahanan yang disebutnya, "tidak ingin melakukan apa pun selain berperang".

Berbicara kepada BBC, Rahmatullah Andar, mantan komandan Taliban dan sekarang juru bicara Dewan Keamanan Nasional pemerintah Afghanistan, memperingatkan tentang ancaman kebangkitan kembali al-Qaeda dan kelompok militan global lainnya.

"Amerika mungkin mengira perjanjian yang mereka tandatangani dengan Taliban akan menyelesaikan semuanya," kata Andar.

Baca juga: Serangan Udara di Afghanistan Menewaskan Anak-anak di Masjid yang Mengaji

"Tapi, waktu akan membuktikan bahwa bukan itu masalahnya," tambahnya.

Pejabat Taliban juga sering tidak jelas ketika ditanya tentang hubungan mereka dnegan al-Qaeda. Terkadang mengklaim al-Qaeda tidak ada lagi di Afghanistan.

Tahun lalu, al-Qaeda di anak benua India, cabang regional kelompok itu, merilis video penyergapan yang dilakukan terhadap pasukan pemerintah Afghanistan untuk mendukung Taliban.

Anggota al-Qaeda bersumpah setia kepada Emir, atau pemimpin, dari Taliban.

Ketika ditanya pada 2020, tentang bagaimana Taliban dapat menindak kelompok yang berjanji setia kepada pemimpinnya, seorang pejabat Taliban di Doha mengklaim bahwa sumpah terbaru pemimpin al-Qaeda tidak pernah secara resmi "diterima".

Mantan tokoh Taliban lainnya mengatakan kepada BBC bahwa sumpah setia bisa dianggap "tidak sah", jika al-Qaeda tidak mematuhi perintah Taliban untuk menahan diri dari merencanakan serangan di luar negeri.

Bagaimana hubungan Taliban dengan al-Qaeda berkembang, dapat menentukan masa depan proses perdamaian di Afghanistan.

Baca juga: 11 Wanita Afghanistan Tewas Terinjak-injak Saat Antre Urus Visa Pindah ke Pakistan

Komitmen Taliban terkait terorisme internasional adalah tuntutan paling nyata yang perlu dipenuhi sebagai bagian dari perjanjian AS-Taliban.

Namun, masalah ini kemungkinan besar akan memecah belah, dengan kelompok garis keras Taliban yang berpikir untuk menentang tindakan apa pun yang memutuskan hubungan mereka dengan al-Qaeda.

Hal itu yang dikhawatirkan terjadi dalam proses perdamaian Afghanistan, yang dapat mengakibatkan hilangnya momentum.

Terlepas dari awal negosiasi yang lama tertunda antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, pada bulan lalu di Qatar, kekerasan terus berlanjut dan bahkan meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Negosiasi terhenti di tengah upaya untuk menyelesaikan masalah pendahuluan, dengan masalah utama seperti gencatan senjata atau pengaturan pembagian kekuasaan yang belum dibahas.

Ada kekhawatiran jika pasukan AS ditarik tahun depan, sebelum kesepakatan tercapai, kekerasan bisa meningkat dan Taliban mendorong kemenangan militer.

Fitton-Brown memperingatkan bahwa, jika proses perdamaian akan runtuh, al-Qaeda dan kelompok ISIS dapat mencoba untuk lebih mengeksploitasi "ruang tak berpemerintahan" di Afghanistan.

"Kedua kelompok itu memiliki aspirasi yang diakui untuk menjadi ancaman internasional," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com