Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran: Menghina Nabi Muhammad Artinya Menghina Semua Muslim

Kompas.com - 29/10/2020, 06:04 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam perlakuan Perancis terhadap Islam dan dukungan Barat untuk kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad tidak etis dan menghina umat Islam.

Dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi pada Rabu, Rouhani mengatakan bahwa kebebasan harus disertai penghormatan terhadap nilai-nilai dan pertimbangan etika.

“Orang Barat harus memahami Nabi besar Islam dicintai oleh semua Muslim dan pecinta kebebasan dunia,” kata Rouhani seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (28/10/2020).

“Menghina Nabi Muhammad adalah menghina semua Muslim. Menghina Nabi Muhammad adalah menghina semua nabi, nilai-nilai kemanusiaan, dan sama saja dengan merusak etika," lanjutnya.

Nabi Muhammad sangat dihormati oleh umat Islam dan segala jenis penggambaran visual tentang dirinya dilarang dalam Islam.

Karikatur dari Perancis yang dipermasalahkan dipandang oleh Muslim sebagai ofensif dan Islamofobia karena dianggap menghubungkan Islam dengan terorisme.

Baca juga: Kontroversi Kartun Nabi Muhammad di Perancis, Tagar #IStandWithFrance Viral di India

Gambar-gambar tersebut secara teratur diterbitkan oleh majalah satir Perancis Charlie Hebdo. Mereka dikutip sebagai alasan di balik serangan mematikan yang diluncurkan di kantor majalah itu pada awal 2015 oleh 2 pejuang yang terkait dengan al-Qaeda.

Pada 16 Oktober 2020, guru bahasa Perancis Samuel Paty dibunuh di siang hari dekat sekolahnya, di pinggiran kota Paris, setelah dia menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan berekspresi.

Para pemimpin Muslim menyampaikan belasungkawa dan dukungan mereka kepada Perancis setelah pembunuhan itu. Namun, sejak saat itu, muncul kekhawatiran bahwa komunitas Muslim di Perancis akan menderita hukuman kolektif saat pihak berwenang mengeluarkan tanggapan mereka terhadap pembunuhan Paty.

Para pemimpin Perancis dan Eropa telah mendukung hak untuk menampilkan karikatur, dengan alasan kebebasan berekspresi.

"Kami tidak akan menyerah," tulis Presiden Perancis Emmanuel Macron dalam serangkaian tweet pada Minggu malam (25/10/2020) dalam bahasa Perancis, Arab, dan Inggris.

“Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal. Kami akan selalu berpegang pada gagasan tentang martabat manusia dan nilai-nilai universal," ujar Macron.

Dukungan ini, serta komentar Macron, yang pada 2 Oktober mengatakan Islam berada dalam "krisis", telah memicu reaksi balasan dari umat Islam di seluruh dunia.

Baca juga: Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, Iran Tampilkan Presiden Perancis seperti Iblis

Kampanye boikot

Para pemimpin dan organisasi Muslim mengutuk sikap Eropa, dan beberapa negara Muslim mendukung kampanye untuk memboikot barang-barang Perancis.

Para pemimpin agama Iran belum menyerukan pemboikotan barang-barang Perancis.

Namun, Ayatollah Sadeq Amoli Larijani, ketua Dewan Kemanfaatan yang berpengaruh, pada Selasa menyambut baik dukungan negara-negara Muslim lain untuk larangan produk Perancis.

“Itu adalah langkah yang sangat bagus dan kami berharap orang lain mengikuti jalan ini,” kata Larijani.

Pada Selasa (27/10/2020), kementerian luar negeri Iran memanggil kuasa hukum Perancis untuk memprotes komentar Macron dan dukungannya atas hak untuk terus menunjukkan karikatur.

Baca juga: Pemimpin Muslim di Perancis Minta Umat Islam Abaikan Kartun Nabi Muhammad

Protes publik dan mahasiswa diperkirakan akan berlangsung pada Rabu di depan kedutaan Perancis di jalan Neauphle-le-Chateau Teheran, menampilkan doa dan pidato publik oleh ulama.

Analis politik dan profesor Universitas Teheran Mohammad Marandi mengatakan Muslim dunia "terkejut" dengan posisi Macron.

“Orang Eropa telah menetapkan sejumlah garis merah untuk diri mereka sendiri dalam hal kebebasan berbicara, termasuk Holocaust,” kata Marandi kepada Al Jazeera.

"Tetapi, mereka tidak hanya menghina apa yang dianggap sakral oleh orang lain, dalam hal ini, hampir dua miliar Muslim, mereka juga mendukung dan menyebarkannya."

Baca juga: Protes Bermunculan, Perancis Desak Warganya di Negara Muslim untuk Berhati-hati

Otoritas Iran, media mengutuk Perancis

Selama beberapa hari terakhir, tokoh dan kelompok di seluruh spektrum politik Iran telah bersatu untuk mengutuk sikap Perancis dan Eropa.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan pada Senin (26/10/2020), bahwa Muslim adalah "korban utama dari "kultus kebencian yang diberdayakan oleh rezim kolonial dan diekspor oleh klien mereka sendiri".

Menghina semua Muslim atas kejahatan "ekstremis seperti itu...hanya bahan bakar ekstremisme ”.

Pejabat lain, termasuk sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, ketua parlemen, dan penasihat pemimpin tertinggi mengecam Macron, yang mereka katakan mengejar "permusuhan bodoh" dengan Nabi Muhammad sebagian karena "kurangnya pengalaman dalam politik”.

Pada Senin, 240 anggota parlemen Iran yang mayoritas konservatif mengeluarkan pernyataan bersama yang menentang apa yang mereka sebut sebagai sikap Perancis "anti-manusia".

Baca juga: Presiden Perancis dan Kontroversi Kartun Nabi Muhammad

Mereka menambahkan bahwa "keberanian dan arogansi" presiden Perancis tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara dan adalah bagian dari rencana yang lebih besar melawan Islam dan Muslim.

Tentara Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (27/10/2020) bahwa, "Mereka yang mengklaim membela hak asasi manusia sedang menggeneralisasi tindakan seseorang...untuk keseluruhan Islam".

Sejumlah media dan surat kabar Iran juga mendedikasikan halaman depan mereka untuk kontroversi tersebut.

Koran harian konservatif, Vatan-e-Emrooz, memuat gambaran besar tentang Macron berwajah merah sebagai setan, “Iblis dari Paris” adalah tajuk utamanya.

Harian Keyhan menerbitkan editorial yang menyerukan pengusiran duta besar Perancis sebagai "tanggapan paling sedikit terhadap kecabulan Macron".

Mereka telah menyerukan pengusiran duta besar Perancis beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir sebagai tanggapan atas kontroversi di Eropa mengenai Iran dan Muslim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com