Krisis telah membayangi pemilihan umum Myanmar yang direncanakan pada 8 November.
Meski demikian, Aung San Suu Kyi diperkirakan masih akan memenangi pemilihan umum dengan selisih suara yang cukup.
Bahkan sebelum pandemi, sepertiga dari 53 juta orang Myanmar dianggap "sangat rentan" untuk jatuh ke dalam kemiskinan.
Meskipun baru-baru ini, ada kemajuan setelah negara itu bangkit dari pemerintahan junta militer yang menghancurkan selama beberapa dekade.
Sekarang, tekanan finansial semakin mengancam untuk menjerumuskan banyak orang kembali ke dalam kemiskinan atau menekan peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan.
Baca juga: Warga Muslim dan Hindu Myanmar Tidak Punya Hak Pilih
Pada September, Bank Dunia memprediksi kemiskinan di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan meningkat untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir karena Covid-19.
Sekitar 38 juta orang diperkirakan akan tetap berada atau didorong kembali ke dalam jurang kemiskinan.
Pemerintah Myanmar telah memberikan paket makanan satu kali dan hibah uang tunai sebanyak tiga kali masing-masing 15 dollar AS (Rp 219.000) kepada rumah tangga miskin.
Paket tersebut adalah bantuan agar rakyat miskin dapat kembali menyambung hidupnya. Namun mereka mengatakan bantuan tersebut gagal.
Sebuah survei yang dilakukan ONow Myanmar menemukan bahwa sekitar 70 persen dari 2.000 orang yang disurvei telah kehilangan pekerjannya.
Baca juga: Oknum Militer Myanmar Bunuh Wanita tak Bersenjata, Warga Karen Tuntut Militer Pergi
Lebih dari seperempat di antaranya terpaksa berutang untuk membeli makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sektor-sektor yang mendorong industralisasi di Myanmar, termasuk garmen dan pariwisata, telah terhenti.
Gerard Mccarthy, seorang peneliti di Asia Research Institute Singapura, mengatakan banyak keluarga yang sudah berutang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Banyak yang harus melunasi pinjaman ini sebelum mereka dapat mulai mengeluarkan uang untuk keperluan apapun,” kata Mccarthy.
Seorang sejarawan Myanmar, Thant Myint-U, mengecam karena tidak adanya jaring pengaman sosial yang layak dan runtuhnya sistem kesejahteraan tradisional desa.
“Bagi puluhan juta orang miskin Myanmar, tidak ada yang lain selain ke pasar, yang pada saat yang baik memberikan peluang untuk pekerjaan informal di kota atau migrasi ke luar negeri tetapi selama masa sulit meninggalkan yang termiskin dengan hanya memiliki sedikit baju di punggung mereka,” kata dia.
Baca juga: Impian Para Penambang Batu Giok Myanmar yang Lenyap karena Longsor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.