KOMPAS.com – Perang Dunia II telah berakhir pada 1945, ditandai dengan menyerahnya Jerman dan Jepang secara berturut-turut. Organisasi internasional sebelumnya, Liga Bangsa-bangsa (LBB) dinilai gagal melindungi perdamaian dunia karena Perang Dunia II pecah pada 1939 dan berakhir beberapa tahun kemudian.
Terlepas dari masalah yang dihadapi oleh LBB dalam menengahi konflik dan memastikan perdamaian serta keamanan internasional sebelum Perang Dunia II, pihak sekutu setuju untuk membentuk organisasi global baru untuk membantu mengelola urusan internasional.
Persetujuan tersebut tertuang dalam sebuah perjanjian bernama Piagam Atlantik pada Agustus 1941 yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan Presiden AS Franklin D Roosevelt.
Setelah itu, nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperkenalkan dan digunakan untuk menunjukkan negara-negara yang bersekutu melawan Jerman, Italia, dan Jepang sebagaimana dilansir dari Britannica.
Pada 1 Januari 1942, 26 negara menandatangani Deklarasi PBB yang menetapkan tujuan perang dari kekuatan blok sekutu. AS, Inggris, dan Uni Soviet memimpin dalam merancang organisasi baru dan menentukan struktur pengambilan keputusan serta fungsinya.
Baca juga: [Cerita Dunia] Ketika Concorde Mengucap Sampai Jumpa pada Angkasa
Awalnya, neketiga negara tersebut dan pemimpinnya (Roosevelt, Churchill, dan Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin) dihalangi oleh sejumlah ketidaksepakatan. Uni Soviet menuntut keanggotaan individu dan hak suara untuk republik konstituennya.
Sementara Inggris menginginkan jaminan bahwa koloninya tidak akan ditempatkan di bawah kendali PBB. Ada juga ketidaksepakatan tentang sistem pemungutan suara yang akan diadopsi di Dewan Keamanan.
Langkah besar pertama menuju pembentukan PBB dilakukan pada 21 Agustus hingga 7 Oktober 1944, dalam Konferensi Dumbarton Oaks di AS. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para ahli diplomatik dari AS, Uni Soviet, Inggris, dan China.
Meskipun keempat negara sepakat tentang tujuan umum, struktur, dan fungsi organisasi, konferensi berakhir di tengah ketidaksepakatan yang terus berlanjut mengenai keanggotaan dan pemungutan suara.
Dalam Konferensi Yalta, pertemuan antara tiga negara besar di Krimea pada Februari 1945, Roosevelt, Churchill, dan Stalin meletakkan dasar untuk ketentuan piagam yang membatasi kewenangan Dewan Keamanan.
Baca juga: [Cerita Dunia] Setahun Kematian Abu Bakar Al Baghdadi, Bagaimana Nasib ISIS?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.