Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Maju Upayakan Gencatan Senjata yang Sempat Gagal dalam Konflik Armenia-Azerbaijan

Kompas.com - 24/10/2020, 11:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mencoba berupaya mengakhiri pertempuran paling mematikan yang berlangsung antara pasukan Azerbaijan dan etnis Armenia, pada Jumat (23/10/2020).

Di Washington, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu secara terpisah dengan menteri luar negeri Azerbaijan dan Armenia dalam upaya baru untuk mengakhiri pertumpahan darah yang berlangsung hampir sebulan dan menurut Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin telah menewaskan 5.000 orang.

Gagalnya 2 upaya gencatan senjata oleh Rusia telah meredupkan harapan untuk segera mengakhiri pertempuran yang pecah pada 27 September di Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang memisahkan diri dan dikendalikan oleh etnis Armenia.

Presiden AS Donald Trump mengatakan "kemajuan yang baik" sedang dibuat terkait konflik Azerbaijan-Armenia, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut dan menolak untuk mengatakan, apakah dia telah berbicara dengan para pemimpin dari kedua negara.

“Kami bekerja dengan Armenia. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Armenia...Kami akan lihat apa yang terjadi," katanya kepada wartawan di Oval Office, seperti yang dilansir dari Reuters pada Jumat (23/10/2020).

Baca juga: Putin: Korban Tewas Perang Azerbaijan-Armenia Hampir 5.000 Orang

Sejumlah pengunjuk rasa dari kedua sisi memegang bendera dan spanduk masing-masing negara, yang berteriak di luar Departemen Luar Negeri pada Jumat.

Kedua menteri mengadakan pertemuan terpisah dengan Pompeo yang berlangsung sekitar 30 hingga 40 menit.

Berbicara pada acara virtual yang diadakan oleh lembaga pemikir Dewan Atlantik, Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan mengatakan dia mengadakan pertemuan "sangat produktif" dengan Pompeo.

“Kami telah menilai cara di mana kami dapat segera, tanpa penundaan, mencapai pembentukan gencatan senjata dan kembali ke resolusi damai. Saya pikir apa yang kami dengar dari Amerika Serikat sangat menggembirakan,” kata Mnatsakanyan.

Dia mengatakan diskusi saat ini di antara ketua Grup Minsk, yang dibentuk untuk menengahi konflik dan dipimpin oleh Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat, difokuskan pada parameter gencatan senjata itu dan bagaimana mempertahankannya.

Baca juga: Azerbaijan Klaim Tentaranya Lebih Superior Dibandingkan Armenia

Kekuatan dunia ingin mencegah perang yang lebih luas yang melibatkan Turki, pendukung kuat Azerbaijan, dan Rusia, yang memiliki pakta pertahanan dengan Armenia.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan kepada wartawan di Istanbul bahwa dia berharap Moskwa dan Ankara dapat bekerjasama dalam menyelesaikan konflik dan menegaskan kembali tuntutan untuk peran Turki dalam mediasi.

"Turki percaya mereka memiliki hak yang sama dengan Rusia untuk terlibat di sini demi perdamaian," ujar Erdogan.

Washington, Paris, dan Moskwa, yang lama memimpin perundingan, telah mengabaikan seruan tersebut, dan perbedaan terkait konflik semakin mempererat hubungan antara Ankara dan sekutu NATO-nya.

Baca juga: Tuduh Azerbaijan yang Langgar Gencatan Senjata, Begini Klaim Armenia

Pompeo menuduh Turki memicu konflik dengan mempersenjatai pihak Azeri, tapi Ankara membantah telah mengobarkan konflik.

Dalam bentrokan terbaru, kementerian pertahanan Azerbaijan melaporkan pertempuran telah masuk di daerah-daerah yang dekat dengan garis kontak, yang memisahkan kedua belah pihak.

Kementerian pertahanan Armenia juga melaporkan pertempuran di beberapa daerah dan mengatakan kota Martuni di Nagorno-Karabakh telah dibom pada malam hari. Namun, Azerbaijan membantah melakukannya.

Azerbaijan telah menyatakan kekhawatirannya tentang keamanan jaringan pipa yang digunakan untuk mengekspor minyak dan gas Azeri, yang letaknya dekat dengan pertempuran. Meskipun, sejauh ini tidak ada yang rusak.

Baca juga: Balita 3 Tahun Selamat dari Serangan Rudal Perang Azerbaijan-Armenia yang Tewaskan Seluruh Keluarganya

Jalan yang benar

Pompeo mengatakan pada pekan ini dia berharap "jalan yang benar ke depan" dapat ditemukan pada pembicaraan itu.

Namun, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan dia tidak melihat resolusi diplomatik dari konflik tersebut pada tahap ini.

Begitu pula Presiden Azeri Ilham Aliyev menggambarkan prospek penyelesaian damai "sangat jauh".

Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang telah berusaha untuk menyetujui pernyataan tentang konflik tersebut, tetapi negosiasi terhenti karena beberapa anggota menginginkan referensi ke resolusi PBB sebelumnya. Sementara Rusia, Amerika Serikat dan Prancis tidak.

Baca juga: Serangan Rudal Armenia Bergeser ke Tengah Azerbaijan, 2 Kota Meledak

Pernyataan seperti itu harus disetujui melalui konsensus. Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy membenarkan bahwa dewan tidak lagi mengerjakan urusan itu.

Sekitar 30.000 orang tewas dalam perang 1991-1994 di Nagorno-Karabakh.

Armenia menganggap daerah kantong itu sebagai bagian dari tanah air bersejarah mereka. Sedangkan, Azeri menganggap tanah yang diduduki secara ilegal itu harus dikembalikan ke kendali mereka.

Pasukan Azeri mengatakan Armenia telah membuat keuntungan teritorial, termasuk kontrol penuh atas perbatasan dengan Iran, yang dibantah Armenia.
Pemerintahan etnis Armenia Nagorno-Karabakh mengatakan pasukannya telah menangkis banyak serangan dari Azerbaijan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

28 Tentara Suriah Tewas akibat Serangan ISIS

28 Tentara Suriah Tewas akibat Serangan ISIS

Global
Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Global
Rangkuman Hari Ke-785 Serangan Rusia ke Ukraina: Penembakan Rusia di Donetsk Timur | DPR AS Jadwalkan Voting Bantuan Ukraina

Rangkuman Hari Ke-785 Serangan Rusia ke Ukraina: Penembakan Rusia di Donetsk Timur | DPR AS Jadwalkan Voting Bantuan Ukraina

Global
Badan Atom Internasional: Tak Ada Kerusakan di Situs Nuklir Iran

Badan Atom Internasional: Tak Ada Kerusakan di Situs Nuklir Iran

Global
Israel Serang Iran, Ledakan Terdengar di Kota Isfahan, Ada Apa di Sana?

Israel Serang Iran, Ledakan Terdengar di Kota Isfahan, Ada Apa di Sana?

Global
Australia Minta Warganya Tinggalkan Israel dan Palestina

Australia Minta Warganya Tinggalkan Israel dan Palestina

Global
Kota Isfahan Iran Dilaporkan Tenang dan Aman Pascaledakan Diduga Serangan Israel

Kota Isfahan Iran Dilaporkan Tenang dan Aman Pascaledakan Diduga Serangan Israel

Global
Jawaban Militer Israel Saat Ditanya soal Serangan dan Ledakan di Iran 

Jawaban Militer Israel Saat Ditanya soal Serangan dan Ledakan di Iran 

Global
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Iran Klaim Tembak Jatuh Drone, Sebut Tak Ada Serangan Rudal

Iran Klaim Tembak Jatuh Drone, Sebut Tak Ada Serangan Rudal

Global
3 Ledakan Terdengar Dekat Pangkalan Udara Iran, Kemungkinan Serangan Balasan Israel

3 Ledakan Terdengar Dekat Pangkalan Udara Iran, Kemungkinan Serangan Balasan Israel

Global
Alasan AS Veto Resolusi soal Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Alasan AS Veto Resolusi soal Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Global
Israel Balas Serangan, Iran Aktifkan Sistem Pertahanan Udara, Ledakan Terdengar di Isfahan

Israel Balas Serangan, Iran Aktifkan Sistem Pertahanan Udara, Ledakan Terdengar di Isfahan

Global
Pria Polandia Ditangkap atas Dugaan Rencana Pembunuhan Zelensky

Pria Polandia Ditangkap atas Dugaan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Hal yang Dikhawatirkan Terjadi, Israel Serang Balik Wilayah Iran 

Hal yang Dikhawatirkan Terjadi, Israel Serang Balik Wilayah Iran 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com