Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjalanan Perempuan Yakuza Bertato menjadi Penulis dan Ibu Tunggal

Kompas.com - 22/10/2020, 14:14 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Itu adalah gambaran yang jujur tentang kehidupan yang brutal. Sebagai seorang anak muda, bullying yang terus-menerus karena menjadi anggota keluarga yang bekerja untuk massa, akhirnya mendorong Tendo ke masyarakat pinggiran.

Dia menghabiskan 8 bulan di panti asuhan setelah perkelahian, di mana dia ditangkap karena penyerangan menggunakan senyawa kimia pengencer cat.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Phillis Wheatley, Seorang Budak Wanita Kulit Hitam Merdeka karena Puisi

Pada tahun-tahun berikutnya, ketika masalah hutang dalam keluarganya meningkat, dia mulai tidur dengan sejumlah yakuza, banyak yang menodai wajahnya dengan tinjuan, dan, sebelum usia 20 tahun, bekerja sebagai pengelola klub malam.

Setelah pemukulan dan pemerkosaan yang sangat kejam oleh mantan pacar, sebelum pernikahannya dengan seorang gangster, dia berada dalam kondisi yang tidak memiliki uang.

Kemudian membuatnya pindah ke Tokyo untuk memulai bekerja di salon pachinko.

Setelah itu, kabar kematian ibunya membuat dia berada pada depresi berat dan dia akhirnya mencoba bunuh diri dengan menelan segenggam pil tidur.

“Saya menulis buku itu (Full Moon Baby) dengan menghadapi masa lalu saya,” katanya.

“Proses penulisan buku itu membuat saya mengingat hari-hari itu. Itu bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Saya tidak punya masalah menulis tentang diri saya sendiri, tetapi yang paling sulit adalah menulis tentang keluarga saya,” ujarnya.

Baca juga: Santi Whiteside, Perempuan Berdarah Batak yang Ikut Pilkada Australia

Memberdayakan dirinya sendiri

Tato dari leher hingga kakinya, simbol terkenal dunia kriminal Jepang, telah terakumulasi selama bertahun-tahun sebagai cara untuk mengakui sejarahnya dan memberdayakan dirinya untuk menghadapinya.

Ayah Tendo meninggal karena kanker perut, ketika wanita ini berusia 29 tahun.

Tidak seperti reaksi seperti saat ibunya meninggal, saat ayahnya meninggal dia terinspirasi untuk mengubah hidupnya.

Dia bercerai dengan suaminya yang seorang gangster, yang telah memotong kelingkingnya karena tidak mematuhi perintah bosnya untuk tidak membalas pukulannya.

Dia juga bekerja lagi sebagai pengelola klub malam, kali ini di distrik Kabukicho, Tokyo. Dia mengabdikan dirinya untuk pekerjaannya.

Ketika berusia 30 tahun, dia membuka rekening tabungan pertamanya. Kemudian, transformasinya selesai saat dia mengerjakan hari terakhirnya di klub malam itu.

Baca juga: Mengaku Lecehkan Banyak Perempuan dalam 30 Tahun Terakhir, Wali Kota Denmark Ini Mundur

Malam itu, diselingi oleh kemunculan bulan purnama, yang menurut Tendo mulai naik turun dengan sempurna mewakili pasang surut hidupnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com