Tetapi begitu kasus virus lokal pertama dikonfirmasi, tidak ada yang menginginkan mereka di rumah mereka, kata gadis-gadis itu.
Baca juga: Seret Tersangka Pakai Sepeda Motor, 3 Polisi Kenya Ditahan
Sedangkan Ibu dari remaja ketiga berjualan kentang di pinggir jalan, bisnis yang bangkrut karena adanya aturan jam malam yang baru.
Sebagai anak tertua, para gadis mengatakan bahwa mereka mengambil tanggung jawab untuk membantu ibu mereka memberi makan keluarga mereka.
Gadis-gadis itu menghabiskan waktu luang mereka sebagai bagian dari grup tari populer, dan mereka dibayar untuk pertunjukan. Tetapi ketika pertemuan publik dibatasi, pendapatan itu berakhir.
“Sekarang saya bisa memberi uang 1,84 dollar AS kepada ibu saya setiap hari dan itu membantunya memberi makan (anak) yang lain,” kata salah satu gadis itu.
Di tempat lain di Nairobi, ibu tunggal bernama Florence Mumbua dan ketiga anaknya, yang berusia 7, 10 dan 12 tahun, memecahkan bebatuan di tambang di bawah terik matahari.
Baca juga: Bikin Mesin Cuci Tangan, Bocah asal Kenya Ini Raih Penghargaan Presiden
Pekerjaan itu melelahkan dan berbahaya, tetapi Mumbua yang berusia 34 tahun mengatakan dia tidak punya pilihan setelah dia kehilangan pekerjaan sebagai petugas kebersihan di sekolah swasta ketika pembatasan pandemi diberlakukan.
“Saya harus bekerja karena (anak-anak) perlu makan, namun penghasilan saya sedikit,” katanya. “Saat kami bekerja sebagai tim, kami dapat menghasilkan cukup uang untuk makan siang, sarapan, dan makan malam.”
Di Dandora, Dominic Munyoki yang berusia 15 tahun dan Mohamed Nassur yang berusia 17 tahun mengobrak-abrik tempat pembuangan akhir (TPA) terbesar di Kenya, mencari besi tua untuk dijual.
Ibu Munyoki, Martha Waringa, orangtua tunggal yang berusia 35 tahun yang juga pemulung, mengatakan gaji putranya akan membantu membayar biaya sekolah tujuh saudara kandungnya saat kelas dilanjutkan.
Demikian pula, ibu Nassur, Ann Mungai yang berusia 45 tahun, tidak melihat ada yang salah dengan putranya yang membantu kebutuhan sehari-hari keluarga.
“Ketika dia mulai bekerja, saya menyadari bahwa itu sangat membantu karena dia tidak duduk diam di rumah atau bermain video game yang tidak bermanfaat baginya,” katanya.
“Tapi ketika dia pergi bekerja, dia mendapatkan uang yang membantu kami. Dia juga bisa membeli pakaian seperti kemeja dan sepatu untuk dirinya sendiri."
Baca juga: Model Rambut Virus Corona Ini Jadi Tren di Kenya
Phillista Onyango, yang memimpin Jaringan Afrika untuk Perlindungan dan Pencegahan Pelecehan dan Penelantaran Anak yang berbasis di Kenya, mengatakan bahwa dengan ditutupnya sekolah, para orang tua di lingkungan berpenghasilan rendah lebih memilih agar anak-anak bekerja daripada tinggal di rumah.
Padahal dengan bekerja di luar sana, anak-anak itu dapat tergelincir ke dalam penyalahgunaan narkoba dan kejahatan.