Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Kedua Covid-19 di Eropa Lebih Buruk dari Gelombang Pertama

Kompas.com - 19/10/2020, 15:18 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Ia meminta otoritas Eropa untuk mendengarkan publik dan bekerja sama dengan mereka melalui "cara yang baru dan inovatif" untuk membangkitkan kembali perang melawan Covid-19.

Baca juga: Tak Percaya Covid-19 dan Gelar Pesta, Pria Ini Sedih 2 Keluarganya Meninggal

Pembatasan berlaku lagi, tapi belum lockdown nasional

Dalam beberapa pekan terakhir, banyak pemimpin Eropa telah mengumumkan pembatasan yang lebih terfokus dan terlokalisasi, tetapi belum ada yang memberlakukan lockdown nasional.

Pemerintah Perancis memberlakukan kembali pembatasan di banyak daerah perkotaan, termasuk membatasi kapasitas restoran dan ruang kelas di sekolah, serta menutup bar dan pusat kebugaran.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez memperkenalkan pembatasan perjalanan ke dan dari Madrid, yang telah memicu protes dan membuat administrasinya dilabeli "kriminal dan totaliter" oleh para lawan politiknya dari sayap kanan.

Seperti Perancis dan Spanyol, pemerintah Inggris tidak berencana untuk menerapkan kembali lockdown nasional meskipun ada sejumlah kasus yang tercatat.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah memilih menerapkan "pendekatan yang proporsional" dengan memberlakukan sistem peringatan yang terbagi menjadi tiga tingkat di seluruh Inggris (sedang, tinggi, dan sangat tinggi) tergantung pada tingkat keparahan wabah.

Sebelum munculnya gelombang kedua di Eropa, Jerman menjadi panutan bagi pendekatannya yang berhasil memerangi virus.

Gambaran ini akan sulit dipertahankan, karena dalam beberapa hari terakhir negara ini telah mengalami peningkatan kasus harian tertinggi sejak puncaknya pada awal April.

Ibu kota Jerman, Berlin, yang terkenal dengan kehidupan malamnya, sejak 10 Oktober lalu mengalami aturan jam malam untuk yang pertama kalinya dalam 70 tahun terakhir.

Eropa bisa belajar dari kesuksesan negara-negara seperti Vietnam

Sebaliknya, beberapa negara Asia Tenggara melakukannya dengan sangat baik.

Selama dua pekan terakhir, Vietnam, Thailand dan Kamboja telah melaporkan rata-rata sekitar 0-5 kasus baru setiap hari meskipun berpopulasi padat.

Penting untuk dicatat bahwa mungkin ada kekurangan penghitungan dalam jumlah kasus dan kematian, tetapi ini tidak mengurangi keberhasilan luar biasa yang telah dicapai oleh negara-negara ini.

Jumlah total kasus di Vietnam hanya 1.113, sangat rendah untuk populasinya yang hampir 100 juta jiwa.

Salah satu taktik yang digunakan oleh otoritas kesehatan adalah pengujian yang menyasar pada orang-orang tertentu, di mana mereka berfokus pada individu berisiko tinggi dan pada hunian serta lingkungan tempat ditemukannya kasus yang terkonfirmasi.

Baca juga: Dianggap Menyepelekan Covid-19, Topeng Virus Corona Dihapus Amazon

Otoritas kesehatan juga telah menerapkan pelacakan kontak secara ekstensif, dan bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang berisiko terpapar, terlepas dari gejalanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com