Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abaikan Aturan Berkumpul, Ribuan Demonstran Thailand Masih Penuhi Jalan

Kompas.com - 16/10/2020, 20:29 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com - Sekitar 2.000 pengunjuk rasa pro-demokrasi melawan polisi antihuru-hara di pusat kota Bangkok, Thailand, pada Jumat malam (16/10/2020) waktu setempat.

Mereka mengabaikan dekrit darurat untuk malam kedua hari ini, di saat dua aktivis ditangkap karena dianggap membahayakan ratu.

Massa yang sebagian besar anak muda meneriakkan pembebasan aktivis yang ditangkap, dan melontarkan kata-kata kotor ke Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha di pusat perbelanjaan Bangkok.

Baca juga: Kenapa Demonstran Thailand Pakai Salam 3 Jari Hunger Games? Ini Ceritanya...

"Generasi muda tidak akan lagi membela status quo," kata mahasiswa desain Pim (20) kepada AFP ketika para demonstran memperagakan salam tiga jari yang diadopsi dari novel dan film The Hunger Games.

"Yang miskin menjadi semakin miskin dan yang kaya menjadi semakin kaya. Kesenjangan ini makin besar," lanjutnya.

Elite politik kerajaan kini terdesak oleh gerakan yang dipimpin anak-anak muda itu. Mereka menuntut pengunduran diri perdana menteri dan mendobrak tabu menuntut reformasi di kerajaan Thailand.

Sebelumnya pada Kamis (15/10/2020) Prayuth telah memberlakukan aturan darurat untuk melarang pertemuan lebih dari empat orang. Tetapi sekitar 10.000 pengunjuk rasa mengabaikannya dan berdemo sampai tengah malam.

Baca juga: Unjuk Rasa Besar Menentang Dekrit Darurat Thailand: Kami Ingin Kebebasan

PM Prayuth pada Jumat (16/10/2020) memperingatkan para demonstran untuk tidak melanggar hukum, dan polisi menutup lokasi demo yang direncanakan.

Akan tetapi aktivis mengganti lokasi ke distrik pusat perbelanjaan Pathumwan.

Dua aktivis ditangkap

Pihak berwenang di Thailand mengajukan dakwaan paling berat terhadap dua demonstran pro-demokrasi, di bawah pasal UU yang mencakup kekerasan terhadap ratu.

Melansir Associated Press  dua demonstran bernama Ekachai Hongkangwan dan Paothong Bunkueanum ditahan pada Jumat (16/10/2020) yang dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup.

Dakwaan diberikan kepada 2 aktivis itu ketika mereka memimpin protes yang berlanjut untuk menuntut permintaan rakyat, di antaranya menuntut pemilihan perdana menteri baru, perubahan UU agar lebih demokratis, dan mereformasi monarki.

Ekachai adalah seorang aktivis veteran yang telah beberapa kali diserang secara fisik atas kritiknya terhadap militer.

Sementara Paothong, seorang mahasiswa yang juga dikenal sebagai Francis Bunkueanum, telah terlibat dalam mengorganisir protes yang terjadi baru-baru ini.

Baca juga: Dianggap Bahayakan Ratu, 2 Aktivis Thailand Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com