Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/10/2020, 17:55 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

SAN FRANSISCO, KOMPAS.com - Twitter mengatakan pada Selasa (13/10/2020), telah menangguhkan beberapa akun palsu yang mengaku sebagai orang kulit hitam Afrika-Amerika yang mendukung Presiden Donald Trump.

Akun itu sebelum ditangguhkan telah berhasil mengumpulkan beberapa ribu pengikut hanya dalam beberapa hari, seperti yang dilansir dari AFP pada Rabu (14/10/2020).

"Tim kami bekerja dengan rajin untuk menyelidiki aktivitas ini dan akan mengambil tindakan sesuai dengan aturan Twitter, jika tweet ditemukan melanggar," kata juru bicara perusahaan yang berbasis di San Francisco itu.

Baca juga: Dianggap Menyesatkan, Twitter Sembunyikan Twit Trump soal Covid-19

Darren Linville, seorang profesor di Clemson University yang mengkhususkan diri pada disinformasi di media sosial, menerbitkan beberapa contoh akun palsu di Twitter. Menuduh mereka menggunakan kedok "wajah hitam digital".

"Ya, AKU HITAM DAN AKU MEMILIH UNTUK TRUMP!" kata salah satu contoh yang dia bagikan, dengan nama Ted Katya pada 17 September.

Tweet itu dibagikan 6.000 kali dan "disukai" lebih dari 16.000 kali.

Baca juga: Twitter akan Tangguhkan Akun yang Berharap Trump Meninggal Dunia

Sebagian besar akun "menggunakan gambar orang Amerika asli di profil mereka," kata Linville, dan beberapa dari mereka memiliki puluhan ribu pengikut.

Twitter menangguhkan profil yang diidentifikasi karena mereka menipu pengguna tentang niat dan identitas mereka, dan karena itu dianggap memanipulasi debat publik.

Perusahaan melarang penggunaan platform "untuk memperkuat atau menekan informasi secara artifisial atau terlibat dalam perilaku yang memanipulasi atau mengganggu pengalaman orang di Twitter," menurut pedoman yang diterbitkan pada September.

Baca juga: Trump Berulah Lagi di Twitter, Retweet Video Editan Biden Olok-olok Polisi

Di bawah kritik keras, platform media sosial, seperti Facebook dan Twitter telah dimobilisasi menjelang pemilihan presiden 3 November, untuk tidak mengulangi skandal pada 2016.

Pada saat itu, media sosial digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan di menjelang pemilihan presiden AS.

Beberapa informasi yang beredar di antaranya adalah tentag adanya kampanye bersama yang diprakarsai oleh kekuatan asing, seperti Rusia.

Baca juga: Kampanye Pakai Lagu Linkin Park, Retweet Trump Dihapus Twitter

Belajar dari pengalaman periode itu, platform media sosial ini kemudian membuat kemajuan dalam mengidentifikasi kampanye bersifat disinformasi skala besar.

Namun, sekarang juga menghadapi sejumlah upaya kampanye skala kecil yang bertujuan menyebarkan kebohongan melalui akun seperti yang ditangguhkan pada Selasa (13/10/2020).

Orang-orang di balik kampanye semacam itu sering menggunakan tema yang terkait dengan peristiwa terkini dan yang mengompori opini publik, seperti terkait virus corona atau gerakan Black Lives Matter, untuk menarik pengikut sebanyak mungkin.

Baca juga: Twit Trump soal George Floyd Ditandai Glorifikasi Kekerasan oleh Twitter

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Pembebasan Sandera Masih Berjalan, Hamas-Israel Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata

Pembebasan Sandera Masih Berjalan, Hamas-Israel Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata

Global
Jual Krim Kulit Beracun di E-Commerce, Wanita Singapura Diamankan

Jual Krim Kulit Beracun di E-Commerce, Wanita Singapura Diamankan

Global
Empat Anggota BTS Akan Memulai Wajib Militer Pertengahan Desember

Empat Anggota BTS Akan Memulai Wajib Militer Pertengahan Desember

Global
Ini Respons Elon Musk saat Diundang Hamas ke Gaza Menyaksikan Pembantaian Israel

Ini Respons Elon Musk saat Diundang Hamas ke Gaza Menyaksikan Pembantaian Israel

Global
Rusia Batasi Akses Aborsi dengan Alasan Perubahan Demografi

Rusia Batasi Akses Aborsi dengan Alasan Perubahan Demografi

Global
Remaja Palestina Mengenang Kekerasan di Penjara Israel: Dihina, Ditendang, Diancam

Remaja Palestina Mengenang Kekerasan di Penjara Israel: Dihina, Ditendang, Diancam

Global
Menlu Retno di DK PBB: Saya Tak Paham 'Statement' Macam Apa yang Disampaikan PM Israel

Menlu Retno di DK PBB: Saya Tak Paham "Statement" Macam Apa yang Disampaikan PM Israel

Global
KBRI Singapura Gelar Diskusi Keamanan ASEAN di Bintan

KBRI Singapura Gelar Diskusi Keamanan ASEAN di Bintan

Global
Eks Menlu AS Henry Kissinger Meninggal pada Usia 100 Tahun

Eks Menlu AS Henry Kissinger Meninggal pada Usia 100 Tahun

Global
Ikuti Finlandia, Estonia Akan Tutup Perbatasan dengan Rusia

Ikuti Finlandia, Estonia Akan Tutup Perbatasan dengan Rusia

Global
Malaysia dan Indonesia Cari Teman untuk Lawan UU Deforestasi Uni Eropa

Malaysia dan Indonesia Cari Teman untuk Lawan UU Deforestasi Uni Eropa

Global
Rangkuman Hari Ke-644 Serangan Rusia ke Ukraina: Restu Turkiye untuk Swedia | Avdiivka Diberondong 1.000 Peluru

Rangkuman Hari Ke-644 Serangan Rusia ke Ukraina: Restu Turkiye untuk Swedia | Avdiivka Diberondong 1.000 Peluru

Global
[POPULER GLOBAL] Raja Malaysia dan Pangeran Monako Minum Cendol di Warung | Hamas Undang Elon Musk

[POPULER GLOBAL] Raja Malaysia dan Pangeran Monako Minum Cendol di Warung | Hamas Undang Elon Musk

Global
Rusia Tingkatkan Serangan ke Avdiivka Ukraina, Tembakkan 1.000 Peluru

Rusia Tingkatkan Serangan ke Avdiivka Ukraina, Tembakkan 1.000 Peluru

Global
Pemerintah Filipina dan Pemberontak Komunis Sepakat Lakukan Perundingan Damai

Pemerintah Filipina dan Pemberontak Komunis Sepakat Lakukan Perundingan Damai

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com