Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Tinder Jadi Lahan Bagi Predator Seksual

Kompas.com - 13/10/2020, 15:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Sumber ABC

Seperti halnya para pakar dan korban lainnya, Emily berharap Tinder bisa dimintai pertanggungjawaban.

“Saya kesal karena platform ini menghasilkan duit dari orang yang disakiti, dan mereka bahkan tak merespons dengan benar ketika penggunanya tersakiti. Mereka apakan duitnya?” protesnya.

Dari investigasi yang dilakukan, diketahui Tinder tak menindaklanjuti laporan para korban yang mengalami pelecehan.

Rosalie Gillett dari Queensland University of Technology yang meneliti tentang keamanan Tinder mengatakan tidak adanya tindaklanjut merupakan masalah utama bagi aplikasi ini.

“Seakan-akan laporan para wanita ini hanya mengada-ada, laporannya tak cukup serius untuk disampaikan,” jelasnya.

“Ini sangat berbahaya, karena mengesankan bahwa serangan dan pelecehan seksual itu tak apa-apa, dan mereka yang terlibat tidak perlu mengubah apa pun di platform itu,” ujar Gillett.

Investigasi program Four Corners and Hack menghubungi 90-an mantan staf perusahaan induk Tinder, Match Group, untuk mendapatkan penjelasan tentang cara mereka menanggapi laporan. Lima orang di antaranya setuju menjelaskan, tapi tidak bersedia disebutkan namanya.

Mereka mengatakan tim keamanan di perusahaan itu kekurangan sumber daya dan kewalahan dengan beban kerjanya. Artinya, laporan kekerasan seksual terkadang luput dari perhatian.

Baca juga: Buntut Kasus Pemerkosaan Gadis Dalit, 5 Polisi India Diskors

Tinder mengizinkan pelaku menghapus bukti

Selain tidak adanya tindak lanjut, investigasi Four Corners and Hack juga menemukan desain aplikasi ini ternyata membantu predator seksual menutupi jejak mereka.

Tinder mengizinkan pelanggar menggunakan fungsi "tidak cocok" untuk memblokir korban mereka setelah pemerkosaan. Hal itu akan menghapus jejak komunikasi mereka sebelumnya.

Itulah yang terjadi pada Brooke yang sempat berkencan 3 kali dengan seorang pria yang dikenalnya melalui Tinder pada 2017.

“Kami ke tempatnya dan saya ketemu dengan neneknya yang tinggal di sana. Kami sempat minum teh dan bersantai,” kata Brooke.

Pada kencan ketiga, mereka pergi jalan-jalan. Pria itu menghentikan kendaraan di tempat sepi. Brooke meminta mereka pulang. Tapi, dia malah melemparkan telepon Brooke.

Begitu teleponnya rusak, Brooke menyadari tak bisa berbuat apa-apa untuk memberitahu teman atau orang lain saat dia mendapatkan pelecehan seksual.

Keesokan paginya, Brooke coba melaporkan kejadian ini ke pihak Tinder, tapi pria itu sudah mengubah kecocokan profil mereka, sehingga seluruh jejak percakapan mereka di Tinder pun terhapus.

Brooke bahkan tidak bisa lagi menemukan profil pria tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com