BANGKOK, KOMPAS.com - Pemerintah Thailand tak khawatir ihwal seruan terbaru dari para mahasiswa yang akan menggelar protes besar lagi pada Rabu (14/10/2020).
Para pemimpin mahasiswa di Thailand terus berusaha meningkatkan tekanan mereka untuk menuntut konstitusi baru dan menggulingkan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha.
Aksi protes di Thailand sudah berlangsung selama berbulan-bulan. Selama tiga bulan terakhir, aktivis anti-pemerintah juga melanggar tabu dengan menyerukan reformasi terhadap monarki.
Para pengunjuk rasa mengatakan mereka berencana untuk berkumpul pada Rabu di Monumen Demokrasi Bangkok sebelum pindah ke Rumah Dinas Perdana Mentei Thailand dan akan berkemah di sana semalaman.
Baca juga: Menteri Jerman Larang Raja Thailand Memerintah dari Negara Mereka
Wakil Perdana Menteri Thailand Prawit Wongsuwan mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak memprediksi adanya jumlah pengunjuk rasa dalam jumlah besar dalam aksi pada Rabu.
“Kami siap dan tidak khawatir. Saya pikir, kami bisa mengatasinya,” kata Prawit pada Senin (12/10/2020) sebagaimana dilansir dari Reuters.
Para pemimpin protes, yang berorganisasi di bawah panji baru bernama Gerakan Rakyat, mengatakan fokus mereka adalah perubahan konstitusi di hadapan parlemen yang duduk pada 1 November 2019
“Kami juga ingin mengusir Prayuth,” kata Panusaya Sithijirawattanakul, salah satu pemimpin protes.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Ubah Phuket Thailand jadi Pulau Hantu
Panusaya menambahkan bahwa dia mengharapkan lebih banyak orang yang berpartisipasi daripada pada protes bulan lalu di Bangkok.
Para pengunjuk rasa mengatakan konstitusi telah direkayasa untuk memastikan bahwa Prayuth, yang pertama kali merebut kekuasaan dalam kudeta 2014, terus menjabat setelah pemilihan umum tahun lalu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan