Remaja asal Swedia yang menjadi Person of the Year 2019 versi majalah TIME ini telah memenangkan Hadiah Nobel Alternatif atas aktivisme perubahan iklim yang diusungnya.
Dia dianggap berpeluang besar meraih Nobel pada tahun 2019 lalu, setelah menjadi ujung tombak gerakan pemuda global melawan perubahan iklim.
Pada tahun 2020, dia kembali termasuk dalam kandidat di antara mereka yang dianggap paling mungkin memenangkan Nobel Perdamaian.
Baca juga: Akhiri Konflik Berusia 20 Tahun, Perdana Menteri Ethiopia Raih Nobel Perdamaian
Jika debat antara presiden AS Donald Trump dan penantangnya Joe Biden ditandai dengan hinaan, interupsi dan caci maki, di Selandia Baru, Perdana Menteri wanita termuda dunia, Jacinda Ardern berdebat halus dalam kebijakan kuat yang saling memuji dengan oposisinya, Judith Collins.
Ardern juga banyak dipuji atas kepemimpinannya dan respons-nya dalam menghadapi wabah virus corona sehingga mencatat angka kematian akibat virus itu di Selandia Baru, salah satu yang paling rendah di dunia.
Respons kuat namun simpatik dari Ardern terhadap pembantaian di Christchurch membuatnya layak menjadi penantang untuk Penghargaan Nobel pada 2019 dan kembali masuk dalam daftar peluang tahun 2020.
Namun peluang Ardern untuk menang mungkin terhambat oleh kurangnya keterlibatan Selandia Baru dalam perjanjian global utama.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan