Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Nagorno-Karabakh: Perang Armenia-Azerbaijan Mengerikan, tapi Kenapa Dunia Diam?

Kompas.com - 08/10/2020, 15:41 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

STEPANAKERT, KOMPAS.com - Armenia dan Azerbaijan terus saling tuduh atas serangan dan penembakan yang dilakukan satu sama lain.

Otoritas Armenia mengatakan, Stepanakert, ibu kota Nagorno-Karabah, wilayah yang menjadi sengketa kedua negara, telah dibom. Sementara Azerbaijan mengeklaim kota terbesar kedua di negara itu, Ganja, telah luluh lantak.

Tim BBC News Rusia mengunjungi sejumlah kota di Nagorno-Karabakh dan menjadi saksi pertempuran antara kedua kubu, serta bertemu warga sipil yang terperangkap di tengah konflik.

Kami melakukan perjalanan melalui Lachin, sebuah kota yang dekat dengan perbatasan antara Nagorno-Karabakh dan Armenia.

Di sana, terdengar bunyi sirene yang menjadi peringatan kemungkinan adanya penembakan.

Baca juga: Setengah Populasi Nagorno-Karabakh Mengungsi karena Perang Armenia-Azerbaijan Tidak Kunjung Usai

Militer Azerbaijan telah menyerang jembatan di kota ini selama 3 hari berturut-turut, berusaha memutus jalur transportasi antara Armenia dan Karabakh.

Ada dua jalan raya yang menghubungkan Armenia ke Karabakh. Wilayah utara, di tepi Danau Sevan, berdekatan dengan wilayah yang dikuasai Azerbaijan.

Sejak hari-hari pertama konflik, jalan itu terputus.

"Koridor Lachin" adalah rute utama dari ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, ke ibu kota Armenia, Yerevan.

Kami berhasil menuju Stepanakert pada Minggu pagi waktu setempat, tetapi pada malam hari jembatan menjadi tidak terlalu aman untuk dilintasi.

Pekerja jalan menuangkan kerikil ke lubang yang dangkal, sehingga mobil dapat melaju melintasi jalan.

Baca juga: PM Armenia Tuding Turki Dalang Perang Melawan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh

Serangan udara yang memekakkan telinga

Saat kami berkendara melalui pusat Lachin, pengeboman baru dimulai dan sirene serangan udara memekakkan telinga.

Sebuah mobil polisi berlomba di jalan, terdengar suara berteriak melalui pengeras suara, mendesak orang-orang untuk berlindung secepat mungkin.

Bagi kru BBC News, tempat penampungan terdekat adalah gudang bawah tanah di sebuah supermarket.

Pemiliknya, seorang perempuan bernama Nelly, menghabiskan 17 tahun tinggal di California, Amerika Serikat, sebelum memutuskan untuk pulang ke kampung halaman bersama keluarganya.

Dua ruangan berisi peti berisi tomat, kantong beras, botol brendi dan sekop, perlahan-lahan terisi orang.

Ada penduduk lokal di sini dan mereka yang, seperti kita, sedang melakukan perjalanan melalui Lachin, yang kebetulan berada di jalan ini.

Beberapa dari orang-orang ini sedang dalam perjalanan dari Stepanakert, mencoba melarikan diri dari pertempuran.

Yang lainnya sedang menuju ke sana.

Nelly menawarkan kopi dan makanan untuk semua orang, yang kemudian dia buat di sini, di ruang bawah tanah.

Baca juga: Presiden Suriah Assad Akui Ada Milisi Negaranya di Perang Armenia-Azerbaijan

Seorang artis dan seorang petempur

Seorang pria kurus dengan rambut beruban mengenakan rompi dan kardigan wol terlihat bukan dari sini. Pertama dilihat, para jurnalis mengira dia adalah sesama jurnalis.

Tapi, ternyata pria bernama Grachik Armenakian itu seorang seniman.

Ketika perang pertama memperebutkan Karabakh, dia adalah seorang pelajar.

Pada 2016, ketika babak terakhir pertempuran sengit terjadi, dia tinggal di Moskwa.

Dia kini tinggal di Yerevan. Dia menuturkan bahwa dirinya tidak menghiraukan pendapat teman atau keluarganya keitka dia akan ikut bertempur dalam perang Armenia-Azerbaijan.

"Mereka akan mengatakan kepada saya bahwa itu bukan urusan saya! 'Mengapa kamu harus pergi ke sana? Tetap di rumah!' Saya hanya memberi tahu semua orang bahwa saya harus pergi ke Karabakh dan saya pergi pagi ini," katanya kepada kami.

Kami tidak dapat menahan diri untuk bertanya apa yang Grachik rencanakan di Nagorno-Karabakh, karena dia belum pernah berperang sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com