Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS: Apakah Diperlukan Yesus untuk Memenangkannya?

Kompas.com - 07/10/2020, 13:59 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - "Tuhan menciptakan kita menurut gambar-Nya sendiri, jadi kita semua hanyalah satu orang."

"Dia mencintai kita, dan dia ingin kita bahagia satu sama lain, tidak terpecah."

Rose Ortiz, pemilih pemula berusia 19 tahun, berbicara kepada saya melalui aplikasi Zoom dari kamar tidurnya di rumah keluarganya yang terletak di Charlotte, North Carolina. Topik yang dibicarakan saat itu adalah harapannya terhadap pemilihan presiden Amerika Serikat.

Baca juga: Usai Debat dan Terinfeksi Covid-19, Trump Makin Tercecer Jauh dari Joe Biden di Survei Pilpres AS

Dalam hitungan pekan, AS akan memasuki proses pemilihan presiden AS—yang menurut sebagian orang pemilihan umum paling penting dalam sejarah negara itu.

Dikelilingi poster musisi, Rose bercerita kepada saya dengan tenang dan sungguh-sungguh tentang iman Kristennya dan bagaimana ia merasa hal itu memengaruhi pilihannya dalam pemilu mendatang.

Meskipun menghabiskan waktu berminggu-minggu memikirkan siapa yang akan dipilih, Rose berjuang memilih salah satu capres mengingat keduanya punya afiliasi agama yang kuat.

Ia terkesan dengan Donald Trump sebagai presiden AS pertama yang menghadiri rapat umum anti-aborsi tahunan terbesar di Amerika pada bulan Januari.

"Sebagai seorang Kristen, Tuhan ingin tidak ada aborsi."

Baca juga: Jelang Debat Perdana Pilpres AS, Joe Biden Pertahankan 523 Hari Keunggulan atas Trump

Rose mengatakan kepada saya, "Jadi ini adalah sesuatu yang saya setujui dari pihak Trump".

Meskipun Joe Biden beragama Katolik dan Rose punya keterkaitan dengan agama tersebut, ia merasa Biden perlu berbuat lebih banyak untuk terhubung dengan kaum muda Kristen.

Sabuk Injil AS

Di banyak negara, agama dan politik tidak mudah duduk berdampingan, tetapi di Amerika berbeda.

Di beberapa negara bagian, seperti North Carolina, agama bisa sangat menentukan hasil pemilihan presiden.

Wilayah ini merupakan bagian dari 'Sabuk Injil AS', dan merupakan salah satu negara bagian kunci yang mengayun. Artinya, warga di negara bagian ini bisa memilih Trump atau Biden.

Untuk bisa terpilih kembali, Trump perlu menggaet suara warga di negara-negara bagian seperti ini. Ia menang besar di wilayah itu pada tahun 2016, mengalahkan Hilary Clinton dengan keunggulan hampir 4%.

Pemungutan suara tahun ini menunjukkan persaingan ketat. Pada saat berita ini ditulis, Biden unggul di North Carolina dengan kurang dari satu poin persentase.

Baca juga: Trump Positif Covid-19, Biden: Saya Tidak Ingin Serang Presiden

Kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, ketika didoakan oleh sebuah gereja.Getty Images via BBC Indonesia Kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, ketika didoakan oleh sebuah gereja.

Kedua calon presiden tampak jelas menempatkan agama di tengah-tengah pesan kampanye mereka.

Donald Trump ingin Amerika tahu bahwa dia adalah kandidat yang akan membela agama Kristen.

Saingannya, Joe Biden, mengatakan pemilihan ini adalah pertempuran untuk jiwa bangsa itu.

Hal itu masuk akal: lebih dari tiga perempat total pemilih beragama Kristen.

Pengaruh pemilih evangelis kulit putih pada 2016 adalah sesuatu yang banyak dibicarakan.

Baca juga: Biden Doakan Trump dan Melania Trump agar Cepat Sembuh

Exit poll menunjukkan lebih dari delapan dari 10 orang memilih Donald Trump saat itu, dan ini masih menjadi bagian penting dari basisnya.

Tetapi sebagai seorang Kristen kulit hitam, saya tahu bahwa Gereja itu beragam.

Mayoritas orang Kristen AS bukanlah evangelis kulit putih, dan suara-suara politik kiri semakin keras.

Jadi, selama beberapa bulan terakhir, saya telah berbicara dengan orang-orang yang biasanya tidak kami dengar, di Negara Bagian North Carolina yang jadi medan pertempuran .

Tahun ini, orang-orang Hispanik seperti Rose akan menjadi kelompok ras atau etnis minoritas terbesar di antara para pemilih, terrhitung lebih dari 13% pemilih yang memenuhi syarat.

Tetapi mereka juga cenderung tidak memberikan suara dibandingkan kelompok etnis lainnya.

Pusat Penelitian Pew menemukan bahwa "jumlah pemilih Hispanik yang tidak memberikan suara melebihi jumlah yang memilih di setiap pemilihan presiden sejak 1996".

Orang Kristen Hispanik sering disebut sebagai kelompok yang paling cenderung menjadi swing voters alias pemilih rasional yang pilihan politiknya bisa berubah bergantung pada ide atau gagasan tertentu. Potensi ini menempatkan mereka sebagai perhatian bagi kedua calon presiden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com