Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Makin Memanas, Azerbaijan Janji Tak Akan Berhenti hingga Armenia Mundur

Kompas.com - 05/10/2020, 06:58 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

BAKU, KOMPAS.com – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuntut Armenia menetapkan jadwal untuk mundur dari Nagorno-Karabakh dan wilayah di sekitar Azerbaijan.

Dia menambahkan, Azerbaijan tidak akan menghentikan aksi militer hingga tuntutannya tidak dilaksanakan Armenia.

Hal itu diungkapkan Aliyev pada Minggu (4/10/2020) melalui siaran televisi milik pemerntah sebagaimana dilansir dari Reuters.

Aliyev mengatakan, pasukan Azerbaijan semakin bergerak maju dalam pertempuran mereka dengan Armenia selama sepekan terakhir untuk merebut kembali tanah yang mereka kuasai dari etnis Armenia pada 1990-an.

"Azerbaijan punya satu syarat, yaitu pembebasan wilayahnya. Nagorno-Karabakh adalah wilayah Azerbaijan. Kami harus kembali dan kami akan kembali,” kata Aliyev.

Baca juga: Turki: Genjatan Senjata Perang Armenia-Azerbaijan adalah Seruan Dangkal

Dia menambahkan, pasukan Armenia harus mundur, tidak hanya melalui dengan kata-kata, tetapi juga disertai perbuatan. Dengan demikian, sambungnya, pertempuran akan berhenti.

Aliyev mengatakan, komunitas internasional telah gagal selama tiga dekade untuk menegakkan resolusi PBB atau menekan Armenia untuk mengembalikan wilayah Azerbaijan.

Isi dan nada pesan Aliyev menjelaskan bahwa Baku tidak akan menerima seruan untuk melakukan gencatan senjata segera, sebagaimana yang didesak oleh Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa.

Di sisi lain, Pejabat Kementerian Pertahanan Armenia Artsrun Hovhannisyan mengatakan, pesan Aliyev tersebut sama sekali tidak mengancam Armenia.

“Meski demikian, kami masih dalam peperangan,” kata Hovhannisyan.

Baca juga: Tidak Terima Kota Ganja Diserang, Azerbaijan Ancam Hancurkan Militer di Armenia

Pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia tersebut merupakan bentrok terparah sejak 1990-an, di mana 30.000 orang tewas dan konflik menyebar di luar wilayah Nagorno-Karabakh.

Pertempuran tersebut membawa kekhawatiran internasional karena di wilayah Kaukasus Selatan tersebut terdapat jaringan pipa minyak dan gas bumi Azerbaijan yang diekspor ke seluruh dunia.

Konflik itu dikhawatirkan akan menyeret kekuatan utama regional seperti Turki yang mendukung Azerbaijan dan Rusia yang memiliki pakta pertahanan dengan Armenia.

Ratusan orang dinyatakan tewas selama pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia tersebut di mana sebanyak 40 orang korban tewas berasal dari warga sipil.

Sebelumnya, pada Minggu pagi, Azerbaijan mengatakan bahwa Armenia telah meluncurkan roket ke Kota Ganja yang menyebabkan satu warga sipil tewas dan 32 orang luka-luka.

Baca juga: Perang Azerbaijan-Armenia Membesar, Roket Hujani Kota Utama Karabakh

Baku juga mengklaim Yerevan menembakkan rudalnya di kota industri Mingachevir.

Azerbaijan lantas mengancam akan membalasnya dengan menghancurkan target militer di dalam Armenia.

Kementerian Pertahanan Armenia membantah tuduhan Azerbaijan atas serangan rudal di Mingachevir.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, serangan yang menyasar warga sipil di Ganja menandakan tabiat Armenia yang suka melanggar hukum.

“Kami mengutuk serangan tersebut,” ujar Kementerian Luar Negeri Turki.

Baca juga: Memanas, Perang Azerbaijan-Armenia Meningkat ke Skala Besar

Armenia membantah atas tuduhan telah mengarahkan tembakan “apa pun” ke dalam wilayah Azerbaijan.

Sementara itu, pemimpin Nagorno-Karabakh mengatakan, pasukannya telah menargetkan pangkalan udara militer di Ganja, tetapi kemudian berhenti menembak untuk menghindari korban dari warga sipil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com