Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Bakal Luncurkan 120 Juta Rapid Test Covid-19 ke Negara Miskin

Kompas.com - 29/09/2020, 16:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebut berencana untuk meluncurkan 120 juta rapid test Covid-19 ke negara menengah ke bawah.

Rencana itu digulirkan agar negara-negara itu mengatasi kesenjangan pengujian yang mereka alami dengan negara yang lebih kaya.

Pekan lalu, WHO menetapkan daftar penggunaan darurat rapid test Covid-19 berbasis antigen, yang harganya 5 dollar AS (Rp 74.500) per buah.

Baca juga: Sumbang 70 Persen Total Kematian, 10 Negara Terparah Covid-19 Diperingatkan WHO

Program yang disinyalir menghabiskan dana 600 juta dollar AS (Rp 8,9 triliun) itu bakal dimulai paling lambat pada Oktober nanti.

Rencana itu muncul agar negara yang miskin dan menengah bisa mendapatkan akses pengujian jika harus menggunakan tes PCR yang mahal.

Rapid test ini biasanya melihat antigen, protein yang ditemukan pada permukaan virus. Tes ini biasanya cepat, tapi kurang akurat jika dibandingkan PCR.

Adapun PCR, yang biasanya menggunakan tes usap (swab test) untuk mendapatkan sampel memerlukan peralatan dan bahan kimia khusus.

Diwartakan Sky News Senin (28/9/2020), biasanya dibutuhkan waktu beberapa hari sebelum pasien bisa tahu mereka positif Covid-19 atau tidak.

"Tes ini hanya butuh waktu 15-30 menit, dalam harga yang murah dan peralatan terjangkau," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca juga: [HOAKS] Klaim Pengobatan Rumahan untuk Covid-19 Sudah Disetujui WHO

Tedros menjelaskan, pihaknya berencana meluncurkan tes ini ke daerah yang dirasa tidak mempunyai laboratorium atau tenaga terlatih guna melakukan PCR.

Pejabat asal Ethiopia itu berujar, mereka sudah melakukan kesepakatan dengan pemangku kepentingan dan menyediakan pendanaan untuk membeli alatnya.

Catharina Boehme, kepala eksekutif grup non-profit Foundation for Innovative New Diagnostics berkata, rencana ini akan digulirkan di 20 negara Afrika.

Untuk itu, mereka membutuhkan sokongan dari sejumlah donatur seperti Clinton Health Access Initiative, dengan alatnya akan disediakan SD Biosensor dan Abbott.

Agenda tersebut dimaksudkan agar para pekerja medis mendapatkan pemahaman mengenai Covid-19 yang tengah menyebar di engara mereka.

Melalui tes yang diadakan, mereka bakal memperoleh gambaran penyebaran dan melakukan langkah yang diperlukan untuk mencegahnya.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan WHO soal Setujui Vaksin China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Sky News
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com