Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Beda Cara Perusahaan Minyak Eropa dan AS Sikapi Perubahan Iklim

Kompas.com - 28/09/2020, 18:23 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Seiring harga minyak dunia yang anjlok dan kekhawatiran atas perubahan iklim terus tumbuh, perusahaan minyak asal Eropa seperti British Petroleum (BP), Royal Dutch Shell, dan lain-lain berencana memangkas emisi secara tajam dan berinvestasi besar-besaran di sektor energi terbarukan.

Di sisi lain, perusahaan minyak asal Amerika Serikat (AS) seperti Chevron dan Exxon Mobil mengambil jalan lain sebagaimana dilansir dari The New York Times.

Mereka justru melipatgandakan produksi minyak dan gas alam, berinvestasi untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), dan mendanai teknologi penangkap emisi karbon.

Perbedaan tersebut mencerminkan perbedaan pandangan antara perusahaan minyak asal Eropa dan AS ihwal perubahan iklim.

Di level pemerintahan pun berbeda. Pemimpin-pemimpin Eropa menjadikan penanganan perubahan iklim menjadi prioritas utama.

Baca juga: Inspirasi Energi: Pengembangan PLTB Turun Selama Pandemi, tetapi Masih Tetap Diminati

Sedangkan Presiden AS Donald Trump menyebut perubahan iklim sebagai “hoaks” dan telah membongkar peraturan lingkungan untuk mendorong eksploitasi energi fosil.

Ketika para pemimpin dunia berjuang untuk mengadopsi kebijakan iklim yang terkoordinasi dan efektif, pilihan yang dibuat oleh perusahaan minyak mungkin menjadi penting.

Itu karena mereka memiliki modal dan uang dalam jumlah banyak, kecakapan dalam bidang sains, pengalaman mengelola proyek keteknikan berskala besar, dan kekuatan lobi.

Apa yang mereka lakukan dapat membantu menentukan apakah dunia dapat memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global hingga di bawah 2 derajat Celcius dari masa sebelum Revolusi Industri.

Baca juga: Inspirasi Energi: Konsumsi Minyak Dunia dan Pentingnya Saat Ini

Perubahan Iklim adalah Ancaman

Perusahaan minyak raksasa asal AS dan Eropa secara terbuka menyetuji bahwa perubahan iklim adalah ancaman.

Mereka juga sepakat bahwa mereka harus memainkan peran dalam transisi energi yang terakhir kali dilihat dunia ketika Revolusi Industri.

"Meski emisi meningkat dan permintaan masyarakat untuk penanganan perubahan iklim, perusahaan minyak AS bertaruh pada masa depan jangka panjang untuk minyak dan gas,” kata Pejabat Kementerian Luar Negeri AS David Goldwyn dalam pemerintahan Barack Obama.

Goldwyn menambahkan di belahan dunia lain, perusahaan minyak raksasa asal Eropa bertaruh menjadi penyedia energi listrik.

"Cara pasar bereaksi terhadap strategi mereka dan hasil pemilu 2020 akan menentukan apakah salah satu strategi tersebut berhasil,” sambung Goldwyn.

Baca juga: Inspirasi Energi: Sudah Punya PLTS Terbesar Dunia, UEA Berambisi Tambah Lagi

Bagi para pencinta lingkungan dan sejumlah investor di Wall Street, raksasa minyak AS menurut mereka membuat keputusan yang salah.

Pada Agustus misalnya, Storebrand Asset Management, pengelola keuangan swasta terbesar di Norwegia, melakukan divestasi dari Exxon Mobil dan Chevron.

Dan Larry Fink, pemimpin manajer investasi terbesar dunia, BlackRock, menyebut perubahan iklim sebagai "faktor penentu dalam prospek jangka panjang perusahaan”.

Para eksekutif perminyakan Eropa, sebaliknya, mengatakan bahwa usia bahan bakar fosil semakin meredup dan mereka berencana untuk mengubur banyak cadangan minyak mereka selamanya.

Ilustrasi produksi minyakThinkstockphotos Ilustrasi produksi minyak

Mereka juga berpendapat bahwa mereka harus melindungi pemegang saham mereka dengan mempersiapkan masa depan di mana pemerintah memberlakukan kebijakan lingkungan yang lebih ketat.

BP adalah pembawa standar strategi hurry-up and change. Perusahaan ini telah mengumumkan bahwa 10 tahun ke depan, perusahaan akan meningkatkan investasi dalam bisnis rendah emisi hingga sepuluh kali lipat. Sementara produksi minyak dan gasnya menyusut hingga 40 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com