SEMPORNA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menghadapi ujian politik terbesarnya sejak menjabat, yakni pemilu negara bagian di Sabah pada hari ini, Sabtu (26/9/2020).
Para analis yang dikutip kantor berita AFP mengatakan, Muhyiddin sangat butuh kemenangan untuk memperkuat kekuasaannya yang lemah.
Para pengamat juga memperingatkan, kekalahan para sekutunya di negara bagian Sabah akan mengikis dukungan di antara mitra koalisi pemerintahannya yang baru berjalan 7 bulan.
Baca juga: Tanggapi Anwar Ibrahim, Muhyiddin: Saya Masih PM Malaysia yang Sah
Masalah lainnya adalah pemilihan itu diadakan hanya beberapa hari setelah pemimpin oposisi Anwar Ibrahim mengeklaim, dia telah mengumpulkan cukup dukungan dari anggota parlemen untuk mengambil alih kekuasaan.
Malaysia berada dalam guncangan politik sejak kolapsnya pemerintahan reformis pada Februari, yang dipimpin Mahathir Mohamad dan termasuk Anwar, di tengah pertikaian sengit keduanya.
Muhyiddin kemudian merebut kekuasaan tanpa pemilihan, dan memimpin koalisi yang didukung UMNO partai yang terlibat skandal, tetapi pemerintahannya hanya memiliki mayoritas tipis di parlemen, dan para kritikus mengatakan itu tidak sah.
Pemilihan di Sabah diadakan setelah sekutu Muhyiddin melakukan upaya pengambilalihan pemerintahan. Namun, bukannya menyerahkan kekuasaan, Muhyiddin justru membubarkan majelis negara bagian.
Baca juga: Klaim Mayoritas Parlemen, Anwar Ibrahim: Pemerintahan Muhyiddin Telah Jatuh
Sekitar 1,1 juta orang berhak memilih 73 kursi majelis di negara bagian Malaysia yang berlokasi di pulau Kalimantan.
Para analis mengatakan, pemungutan suara ini terlalu dini, dan hasilnya diperkirakan akan keluar Sabtu malam.
Hasilnya tidak akan secara langsung memengaruhi kekuasaan di tingkat nasional, tetapi ini adalah ujian utama dari popularitas Muhyiddin.
Meski mengambil alih kekuasaan tanpa pemungutan suara yang demokratis, politisi 73 tahun itu mendapat pujian atas penanganannya terhadap wabah virus corona, dan meraih peringkat persetujuan 69 persen dalam survei baru-baru ini.
Baca juga: Gulingkan Muhyiddin, Anwar Ibrahim akan Jadi Perdana Menteri Baru Malaysia?
"Dia butuh kemenangan untuk menunjukkan... bahwa popularitas tinggi yang dinikmatinya dapat diwujudkan dalam suara di lapangan," kata Ibrahim Suffian kepala perusahaan pemungutan suara independen Pusat Merdeka.
"Jika dia kalah telak, maka pemerintah berpotensi kolaps," lanjutnya, dikutip dari AFP.
Muhyiddin menghadapi tekanan dari para sekutunya untuk segera mengadakan pemilu guna mengamankan mandat yang lebih kuat, tetapi beberapa pengamat yakin dia ingin menundanya selama mungkin.
Akan tetapi, skenario itu mungkin akan berjalan sulit jika ia mendapat hasil buruk di Sabah.
Serangan balik yang diluncurkan Anwar juga menambah tekanan ke Muhyiddin.
Anwar enggan mengungkap jumlah anggota parlemen yang mendukungnya, sedangkan raja yang menunjuk perdana menteri menunda janji pertemuan karena faktor kesehatan.
Baca juga: Mahathir: Muhyiddin, Perdana Menteri yang Lemah dan Tak Berdaya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.