Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Botol Berisi Darah Paus Yohanes Paulus II di Gereja telah Dicuri

Kompas.com - 24/09/2020, 21:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

ROMA, KOMPAS.com - Botol berisi beberapa tetes darah mendiang Paus Yohanes Paulus II dari sebuah gereja di kota Spoleto, Italia, telah dicuri.

Kabar tersebut dilaporkan oleh situs berita Vatikan pada Kamis (24/9/2020), dan polisi telah membuka penyelidikan atas pencurian relik tersebut sejak Rabu malam waktu setempat.

Melansir AFP pada Kamis (24/9/2020), penyelidikan dilakukan dari gereja di Umbria, Italia tengah, menurut laporan Vatican News.

Baca juga: Paus Benediktus XVI Dikabarkan Sakit Parah, Vatikan Bersuara

"Saya berani berharap bahwa itu tindakan dangkal yang tidak dimaksudkan untuk menyinggung perasaan umat beriman," kata laporan itu mengutip pernyataan Uskup Agung Spoleto Renato Boccardo.

"Saya juga berani berharap tindakan gegabah ini tidak dilakukan untuk menghasilkan uang," lanjutnya.

Botol itu diberikan ke gereja pada 2016 oleh Kardinal Stanislaw Dziwisz, yang saat itu menjadi uskup agung Krakow, yang merupakan asisten lama paus Polandia tersebut yang meninggal pada 2005.

Baca juga: Vatikan Nol Kasus Virus Corona, Paus Fransiskus: Krisis Telah Berlalu

Mengutip dari Britannica pada St. Yohanes Paulus II lahir di Wadowice, Polandia pada 18 Mei 1920, memiliki nama asli Karol Józef Wojtyla.

Wojtyla menjabat kepausannya selama lebih dari 26 tahun, yang terpanjang ketiga dalam sejarah.

Dia adalah paus non-Italia pertama dalam 455 tahun dan paus pertama yang berasal dari sebuah negara Slavia.

Baca juga: Hari Ini, Basilika Santo Petrus di Vatikan Kembali Dibuka

Sebagai bagian dari upayanya untuk mempromosikan pemahaman yang lebih besar antar bangsa dan antar agama, dia melakukan banyak perjalanan ke luar negeri.

Dia memperluas pengaruhnya di luar gereja dengan berkampanye melawan penindasan politik dan mengkritik materialisme Barat.

Dia juga mengeluarkan beberapa permintaan maaf yang belum pernah terjadi sebelumnya, kepada kelompok-kelompok yang secara historis telah dirugikan oleh umat Katolik, terutama Yahudi dan Muslim.

Baca juga: Basilika Santo Petrus di Vatikan Mulai Dibuka untuk Wisatawan

Secara umum, Wojtyla menggunakan pengaruhnya di antara umat Katolik dan di seluruh dunia untuk memajukan pengakuan atas martabat manusia dan untuk mencegah penggunaan kekerasan.

Gaya pemerintahan gerejanya yang terpusat, bagaimanapun, membuat cemas beberapa anggota kependetaan, yang menganggapnya otokratis dan menyesakkan.

Dia gagal membalikkan penurunan jumlah pastor dan suster secara keseluruhan, dan interpretasi tradisionalnya tentang ajaran gereja tentang moralitas pribadi dan seksual mengasingkan beberapa segmen awam.

Baca juga: Vatikan Umumkan Kasus Infeksi Pertama Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com