Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas Polisi New York Didakwa Melakukan Spionase tentang Komunitas Tibet untuk Pemerintah China

Kompas.com - 22/09/2020, 19:55 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Otoritas Amerika Serikat (AS) telah mendakwa seorang petugas polisi New York dengan spionase, menuduhnya mengumpulkan informasi tentang komunitas kota Tibet untuk pemerintah China.

Menurut surat dakwaan yang dirilis pada Senin (21/9/2020), polisi New York yang didakwa adalah petugas yang bekerja di sebuah stasiun di bagian Queens kota, dan mendapatkan arahan dari anggota konsulat China di New York.

Melansir AFP pada Selasa (22/9/2020), terdakwa adalah pria yang lahir di China, dan telah mendapatkan suaka politik di AS karena mengklaim bahwa dia disiksa oleh otoritas China karena etnis Tibetnya.

Baca juga: Antropolog Ini Bongkar Program Kerja Paksa China terhadap 500.000 Orang Tibet

Melalui kontaknya dengan komunitas Tibet, pria berusia 33 tahun itu mengumpulkan informasi sebagai tindakan spionase, antara 2018 dan 2020 tentang aktivitas komunitas tersebut, serta mengidentifikasi sumber informasi potensial.

Menurut dakwaan, pria yang juga seorang perwira di Cadangan Angkatan Darat AS, mengizinkan anggota konsulat China untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Departemen Kepolisian New York (NYPD).

Otoritas China diduga membayarnya puluhan ribu dollar untuk jasanya.

Baca juga: Terungkap, 4 Agen CIA Tenggelam dalam Misi Rahasia Melacak Militer China

Petugas tersebut telah didakwa dengan 4 dakwaan, di antaranya mendaftar dalam layanan negara asing di tanah AS, memberikan representasi yang keliru, dan menghalangi pengoperasian layanan publik.

Komisaris polisi New York City Dermot Shea mengatakan petugas polisi itu "melanggar setiap sumpah yang dia ambil di negara ini, yaitu kepada Amerika Serikat, Angkatan Darat AS, dan Departemen Kepolisian ini".

Dia dibawa ke hadapan hakim pada Senin dan ditahan, kata juru bicara jaksa federal Brooklyn kepada AFP.

Menurut NYPD, akibat dari tindakan spionase, dia saat ini diskors tanpa dibayar.

Baca juga: Berhasil Usir Jet Tempur China, Presiden Taiwan Sebut Pilotnya Heroik

Sementara, Beijing menolak tuduhan kerja sama dengan petugas polisi New York untuk  melakukan aksi spionase, dengan menyebut tuduhan tersebut sebagai "sepenuhnya dibuat-buat."

"Apa yang disebut dakwaan sepenuhnya 'tampak', 'mungkin', dan asumsi lain, ini benar-benar tuduhan yang dibuat-buat," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin pada jumpa pers reguler pada Selasa.

Terlepas dari klaim pria itu, bahwa dia disiksa di China karena etnisnya, penyelidikan diduga mengungkapkan bahwa kedua orang tuanya adalah anggota Partai Komunis China (CCP).

Baca juga: ABG China Jadi Korban Penculikan Virtual, Orangtua Bayar Tebusan Rp 2 Miliar

Jika dikonfirmasi oleh pengadilan bahwa aksi petugas polisi New York tersebut adalah operasi spionase, menunjukkan bahwa Partai Komunis China terlibat dalam operasi jahat untuk menekan perbedaan pendapat. 

"Tidak hanya di Tibet...tetapi, di mana pun di dunia," kata Kampanye Internasional untuk Tibet (ICT), sekelompok advokasi yang mempromosikan kebebasan dan hak orang Tibet.

Beijing mengatakan pasukannya "secara damai membebaskan" Tibet pada 1951, tetapi banyak orang Tibet yang diasingkan menuduh pemerintah pusat China melakukan penindasan agama dan mengikis budaya mereka.

Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, telah hidup di pengasingan sejak 1959.

Baca juga: Bikin Video Propaganda Militer, China Diejek karena Comot Adegan Hollywood

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com