Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelam Temukan Kapal Selam Peninggalan PD II di Selat Malaka

Kompas.com - 21/09/2020, 15:13 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Di Perairan Selat Malaka, sekitar 144 kilometer dari selatan Phuket, Thailand, empat penyelam menemukan kapal selam peninggalan Perang Dunia II.

Kapal yang ditenggelamkan 77 tahun lalu itu kini dipenuhi dengan kehidupan laut.

Kapal yang diyakini sebagai USS Grenadier itu ditemukan pada Oktober 2019 oleh penyelam Jean Luc Rivoire, Lance Horowitz, Benoit Laborie, dan Ben Reymenants.

Dilansir dari The Straits Times, Senin (21/9/2020), tim penyelam baru mengumumkannya bulan ini.

Baca juga: Publik Marah, Thailand Tunda Beli 2 Kapal Selam China Seharga Rp 10,5 Triliun

Horowitz mengatakan selama enam bulan setelah ditemukan, mereka menyelesaikan enam penyelaman untuk mempelajari dan mengidentifikasi kapal selam.

Dia menambahkan, setelah mengukur bagian-bagian kapal selam dan membandingkannya dengan gambar teknis dari Administrasi Arsip dan Catatan Nasional AS, mereka merasa bahwa itu adalah USS Grenadier.

"Itu sebaik yang kami harapkan, sungguh. Itu adalah perasaan yang sangat kuat. Itu luar biasa,” kata Horowitz.

Ekspedisi itu sendiri menelan biaya senilai 110.000 dollar AS (Rp 1,6 miliar).

Baca juga: Terbakar 14 Jam, Kapal Selam Tenaga Nuklir Perancis Tidak Meledak, Ini Sebabnya

Grenadier memiliki panjang lebih dari 91 meter dengan berat 1.475 ton menurut Naval History and Heritage Command.

Kapal selam itu ditemukan di kedalaman lebih dari 79 meter di bawah air, kata tim penyelam dalam sebuah pernyataan.

Robert Palmer, seorang pelaut yang berada di atas kapal USS Grenadier, menulis dalam sebuah buku berjudul The Silent Service In World War II bahwa pada pagi hari 22 April 1943, awak kapal menembaki sebuah pesawat Jepang, yang menjatuhkan bom di dekatnya.

Palmer menulis seluruh awak kapal yang berjumlah 76 orang selamat.

Baca juga: RI Jadi Satu-satunya Negara Pembuat Kapal Selam di ASEAN

Namun mereka ditangkap oleh kapal dagang bersenjata dari Jepang dan disiksa. Empat orang tewas dalam penyiksaan tersebut.

Tim penyelam mengatakan langkah selanjutnya adalah meminta temuan diverifikasi oleh Naval History and Heritage Command.

Kepala Cabang Arkeologi Naval History and Heritage Command Robert Neyland mengatakan verifikasi tersebut kemungkinan akan memakan waktu beberapa bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com