Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Lab Eropa Konfirmasi Navalny Keracunan Novichok, Rusia Didesak Beri Penjelasan

Kompas.com - 14/09/2020, 19:43 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

BERLIN, KOMPAS.com - Dua laboratorium Eropa telah mengkonfirmasi temuan mandirinya bahwa pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny diracuni dengan agen saraf Novichok, yang meningkatkan tekanan kepada Moskwa untuk menjelaskan insiden Navalny tersebut.

Rusia sebelumnya telah meragukan hasil penyelidikan dari Jerman tentang racun penyebab kritikus Presiden Vladomir Putin itu, jatuh sakit.

Menanggapi keraguan yang diajukan oleh Rusia, juru bicara Kanselir Angela Merkel, Steffen Seibert mengatakan Jerman telah meminta Perancis dan Swedia "untuk meninjau secara independen bukti Jerman berdasarkan sampel baru dari Navalny," yang menerima perawatan di Berlin.

"Hasil tinjauan ini ada di laboratorium khusus di Perancis dan Swedia yang sekarang tersedia, serta mengkonfirmasi bukti Jerman (Navalny keracunan Novichok)," kata Seibert dalam pernyataannya yang dilansir dari AFP pada Senin (14/9/2020).

Dia mengatakan Jerman masih menunggu hasil evaluasi terpisah oleh pengawas senjata kimia global OPCW.

Baca juga: Navalny Sadar dari Koma, Rusia Izin Lakukan Penyelidikan Langsung ke Berlin

Berdasarkan temuan dari 3 laboratorium Eropa, bagaimanapun, Seibert mengatakan bahwa Jerman "memperbarui seruannya kepada Rusia untuk membuat deklarasi tentang peristiwa" Navalny tersebut.

"Kami berhubungan erat dengan mitra Eropa kami, tentang langkah lebih lanjut," tambahnya.

Asa Scott, kepala divisi pertahanan dan keamanan CBRN di Badan Penelitian Pertahanan Swedia, mengonfirmasi kepada AFP bahwa labnya di Umea, Swedia utara juga menemukan Novichok dalam sampel dan kemungkinan berasal dari Rusia.

"Saya tidak bisa mengatakan apakah sampel ini dari Rusia atau apakah mereka yang telah menggunakannya, tetapi apa yang kami ketahui dari pembelot Rusia adalah bahwa mereka mengembangkannya (Novichok) antara tahun 1970-an dan 1990-an," kata Scott.

"Jadi saya merasa tidak mungkin ada negara lain yang menjadi pihak dalam Konvensi Senjata Kimia akan memilikinya," ujarnya.

Baca juga: Menlu AS Klaim Tahu Siapa yang Racuni Navalny

Tidak jelas

Kritikus Kremlin berusia 44 tahun dan juru kampanye antikorupsi jatuh sakit, setelah naik pesawat di Siberia bulan lalu dan dirawat di rumah sakit di sana, sebelum diterbangkan ke Berlin.

Navalny sekarang telah selamat dari koma, yang diinduksi secara medis dan merespons sebuah pidato, kata rumah sakit Charite.

Jerman mengatakan 2 pekan lalu ada "bukti tegas" bahwa dia diracun dengan Novichok, tetapi Rusia dengan geram menolak temuan itu, dengan mengatakan dokternya tidak menemukan jejak racun.

Para politisi Barat bersikeras bahwa insiden itu terlihat seperti perintah negara dan desakan Moskwa untuk membuktikan kurangnya keterlibatannya.

Sementara itu, Kremlin mengecam bahwa laporan-laporan laboratorium dari negara lain sebagai upaya yang "tidak masuk akal" untuk menyalahkan Rusia.

Baca juga: Diracun dan Koma Hampir 3 Pekan, Dokter Nyatakan Navalny Telah Sadar

Kasus ini telah mendorong seruan internasional kepada Rusia untuk melakukan penyelidikan yang transparan atau berisiko terkena sanksi, tetapi negara tersebut belum membuka penyelidikan kriminal terhadap kasus Navalny.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Jumat (11/9/2020), bahwa Rusia tersinggung, "ketika negara lain mendikte kami tentang prosedur hukum apa yang harus kami mulai dan kapan".

Dia bersikeras Rusia "secara de facto" sedang menyelidiki insiden tersebut, tetapi tidak dapat membuka kasus pidana "berdasarkan tes oleh pihak Jerman, terutama ketika dilakukan di laboratorium militer Jerman."

Sementara, pihak Rusia menyampaikan niatnya untuk pihak berwenang Rusia dapat menanyai Navalny di rumah sakit Berlin, dengan polisi transportasi Siberia, yang telah menelusuri kembali pergerakan Navalny.

Pemerintah Rusia mengatakan pada Jumat, bahwa Rusia akan mempersiapkan permintaan untuk perwira dan "ahli" dapat membayangi penyelidik Jerman terhadap Navalny.

Baca juga: Dokter Pertama yang Menolong Navalny Sempat Duga Oposisi Pemerintah Rusia Itu Keracunan Sebelum Berubah Pikiran

Sekutu mengumumkan kemenangan

Navalny berada di Siberia untuk mempromosikan kampanye "pemungutan suara cerdas" menjelang pemilihan umum yang diadakan pada Minggu, yang berarti mendukung kandidat terkuat untuk mengalahkan partai Rusia Bersatu yang berkuasa.

Dua dari sekutunya memenangkan kursi parlemen lokal di kota Tomsk di Siberia tempat dia jatuh sakit, menurut hasil awal yang dirilis pada Senin.

Pemungutan suara dilakukan setahun sebelum pemilihan parlemen dan dipandang sebagai ujian bagi Kremlin, ketika partai yang berkuasa menghadapi popularitas yang menurun dan kemarahan publik yang membara atas kesengsaraan ekonomi.

Sementara ini, kasus Navalny telah meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Barat, dan mempertajam seruan agar Jerman meninggalkan proyek pipa gas Nord Stream 2 yang hampir selesai.

Para kritikus mengatakan proyek infrastruktur bernilai miliaran euro di bawah Laut Baltik, yang akan menggandakan pengiriman gas alam Rusia ke Jerman, akan meningkatkan ketergantungan Jerman pada pemerintah Vladimir Putin.

Merkel mengatakan pada pekan lalu dia tidak akan mengesampingkan kemungkinan konsekuensi untuk pipa, jika tanggapan Moskwa terhadap keracunan Navalny gagal memuaskan Berlin.

Baca juga: Rusia Tolak Klaim Alexei Navalny Diracuni, Inggris Curiga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com