Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali Panas, China dan Australia Saling Tuding soal Warga Mereka Diperiksa

Kompas.com - 10/09/2020, 20:06 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Ketegangan hubungan Australia dan China kian memanas pekan ini setelah kedua pihak saling melontarkan tudingan terkait bagaimana warga mereka ditahan dan diperiksa di masing-masing negara.

Rabu kemarin (9/09), Kementerian Luar Negeri China mengecam Australia yang mereka tuding telah "bertindak irasional" karena menggerebek kediaman empat jurnalis China di Australia serta membatalkan visa dua peneliti asal China.

ABC telah mengungkap identitas jurnalis dan akademisi China yang diselidiki oleh Kepolisian Federal Australia (AFP) dan Badan Intelijen Australia (ASIO).

Baca juga: Kronologi Perselisihan Australia-China soal Penyelidikan Asal-usul Covid-19

Di antaranya yaitu kepala biro Layanan Berita China Australia, Tao Shelan; kepala biro China Radio International Sydney, Li Dayong; pengamat dan komentator media Profesor Chen Hong; dan pakar kajian Australia, Li Jianjun.

AFP dan ASIO sedang menyelidiki dugaan keterlibatan Partai Komunis China (PKC) untuk menyusup ke Parlemen negara bagian New South Wales melalui kantor politisi Partai Buruh bernama Shaoquett Moselmane.

Mantan staf untuk Shaoquett, yakni John Zhang sedang diselidiki apakah ia telah memanfaatkan grup obrolan di aplikasi WeChat untuk mendorong Shaoquett mengadvokasi kepentingan China di New South Wales yang beribukota Sydney.

Penyelidikan tersebut semakin memicu krisis diplomatik antara China dan Australia setelah jurnalis ABC Bill Birtles dan jurnalis Australian Financial Review Michael Smith dievakuasi dari China.

Sebelumnya, penyiar berita TV di China yang memegang paspor Australia, Cheng Lei, telah ditahan oleh polisi China dengan tuduhan membahayakan keamanan nasional.

Baca juga: Australia dan China Terus Bersitegang soal Penyelidikan Asal-usul Covid-19

Apakah Australia dan China saling balas?

Para jurnalis China di Australia tersebut tidak menanggapi pertanyaan ABC, namun media China News Service melaporkan rumah keempat jurnalis digeledah pada 26 Juni lalu.

"Barang-barang seperti ponsel, komputer, dan bahan tulis disita. Pada akhirnya, hasil investigasi Australia membuktikan jika jurnalis China tidak melakukan aktivitas yang tak sesuai dengan identitas mereka," demikiran laporan China News Service.

China News Service dimiliki dan diawasi oleh Kantor Urusan Luar Negeri Dewan Negara China, yang digabungkan ke dalam organ Partai Komunis China, United Front Work Department, pada 2018.

Pada saat kejadian, Beijing tak secara terbuka mengutuk penggerebekan, namun Rabu malam, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian mengecam Australia.

Baca juga: Australia dan China Makin Tegang, Huawei Setop Sponsor untuk Tim Rugbi

"Perilaku Pemerintah Australia sangat mengganggu pemberitaan normal media China di Australia, secara terang-terangan melanggar hak dan kepentingan sah jurnalis China di sana dan menyebabkan kerusakan parah pada kesehatan fisik dan mental para jurnalis dan keluarga mereka," kata Zhao.

Zhao menambahkan semua pekerja media tersebut kini telah kembali ke China.

Sumber ABC di Pemerintah Australia mengonfirmasi jika aparat telah berbicara dengan para jurnalis China sebagai bagian dari penyelidikan campur tangan asing di Australia.

Sementara itu beberapa pejabat Australia mencurigai tindakan China mengintimidasi Bill dan Michael merupakan "pembalasan langsung atas penyelidikan di Australia".

Baca juga: Australia Minta Asal Usul Virus Corona Diselidiki, China Bekukan Impor Daging

Jurnalis Australian Broadcasting Corp Bill Birtles (kanan) dan wartawan The Australian Financial Reviews Michael Smith saat berada di Bandara Shanghai sebelum bertolak ke Sydney. Mereka terpaksa meninggalkan China setelah hendak ditanyai pihak keamanan setempat.Supplied via ABC Indonesia Jurnalis Australian Broadcasting Corp Bill Birtles (kanan) dan wartawan The Australian Financial Reviews Michael Smith saat berada di Bandara Shanghai sebelum bertolak ke Sydney. Mereka terpaksa meninggalkan China setelah hendak ditanyai pihak keamanan setempat.

China anggap Australia "berkhianat"

Perseteruan terbaru ini tampaknya tak bisa dilepaskan dari ketegangan yang muncul pada awal masa pandemi Covid-19, ketika Australia tiba-tiba mengusulkan digelarnya penyelidikan asal-usul penyebaran virus corona di Wuhan.

Beberapa pekan lalu, wakil kepala misi diplomatik China di Australia, Wang Xining berbicara di depan forum National Press Club di Canberra.

Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk melontarkan sindiran kepada sikap Australia yang dianggapnya bersikap bermusuhan, justru ketika China sedang berusaha keras mengatasi Covid-19.

Baca juga: PM Australia Minta Warganya yang Demo atas Kematian George Floyd Dituntut

"Pemerintah Australia tidak pernah berkonsultasi dengan Pemerintah China sebelum proposal [penyelidikan asal-usul Covid-19] keluar," katanya.

Kemudian Wang juga menuding usulan Australia untuk penyelidikan asal usul COVID-19 di China tak lepas dari perintah Amerika Serikat.

"Proposal diajukan pada saat AS mencoba [menyalahkan China] sehingga proposal itu akan membantu Washington untuk lebih menekan China," katanya.

Wang mengatakan usulan penyelidikan asal usul virus corona terjadi bertepatan saat Wuhan dan sebagian besar wilayah China memulai membuka lockdown COVID-19.

Ia secara dramatis dalam forum di Canberra mengutip kata-kata terakhir Kaisar Romawi, Julius Caesar, sebagaimana ditulis sastrawan Inggris, William Shakespeare: "Et tu, Brute?"

"Kamu juga, Brutus?" ucap sang kaisar ketika mengetahui orang kepercayaannya itu turut menikamkan pisau untuk membunuhnya.

Baca juga: China Ancam Boikot Australia jika Didesak soal Investigasi Asal Usul Covid-19

Brutus diasosiasikan sebagai pengkhianat dan pesan inilah yang sepertinya ingin disampaikan Wang kepada Australia.

Meskipun pemaparan Wang sangat artikulatif, namun tampaknya tak akan mengubah apa-apa di kalangan pejabat Australia di Canberra.

Alasan utamanya karena pemerintahan PM Scott Morrison lebih fokus pada apa yang dilakukan Pemerintah China daripada apa yang dikatakan mereka.

Pemerintahan PM Morrison tidak memiliki kontak tingkat tinggi dengan China sejak Menteri Perdagangan Australia, Simon Birmingham melakukan perjalanan ke Shanghai pada November 2019.

Beijing tampaknya bertekad untuk menghukum Canberra karena telah menentangnya, sebuah pesan yang ditujukan tidak hanya ke Australia, tetapi juga ke negara-negara lain.

ABC telah mengontak Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri Australia untuk memberikan tanggapan.

Baca juga: 2 Jurnalis Asing Kabur, China Tuduh Kedubes Australia Halangi Penyelidikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com