Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer AS Menyesal Dukung Trump Usai Diejek "Pecundang" dan "Bodoh"

Kompas.com - 08/09/2020, 18:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Donald Trump terus mendapatkan penurunan dukungan dari anggota dan keluarga militer dalam jajak pendapat, terutama setelah tersebar luas ejekannya terhadap veteran dan pasukan yang tewas dalam perang.

Pekan lalu, panglima tertinggi AS itu menyebut anggota tentara AS yang gugur dan ditangkap, sebagai "pecundang" dan "bodoh".

Trump melontarkan pernyataan itu pada 2018, saat ia membatalkan kunjungan ke pemakaman militer Amerika di Paris untuk memberi penghormatan, karena dia mengira tentara yang tewas adalah "pecundang" dan "bodoh".

Selain itu, dia tidak ingin hujan mengacak-acak rambutnya.

Pernyataan Trump itu diungkapkan majalah The Atlantic dengan mengantongi 4 sumber yang dekat dengan Trump.

Seketika, laporan The Atlantic yang dirilis kurang lebih 2 bulan sebelum pemilihan presiden AS 3 November 2020 itu, memicu kecaman.

Baca juga: Donald Trump Sebut Joe Biden Bodoh Sekaligus Disuruh Minta Maaf

Melansir The Guardian pada Senin (7/9/2020), jajak pendapat pada 2016 menunjukkan anggota dinas aktif lebih menyukai Trump daripada Hilary Clinton dengan selisih besar.

Namun, jajak pendapat dari akhir Juli dan awal Agustus tahun ini, yang dilakukan oleh  menunjukkan dukungan terus menurun untuk Trump, sejak dia terpilih.

Hampir 50 persen responden melaporkan pandangan yang tidak menyenangkan kepada Trump.

“Saya merekomendasikan semua veteran untuk menggunakan foto militer mereka sebagai foto profil untuk memberi tahu Trump berapa banyak orang yang telah dia sakiti dengan menyebut tentara yang jatuh pecundang dan bodoh. #NewProfilePics," ucap David Weissman di akun Twitternya pada pekan lalu, yang kemudian menjadi viral.

Weissman adalah veteran militer yang menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang "menyesal" pendukung Trump.

Thomas Richardson, pensiunan anggota Angkatan Udara ke-82, mengatakan kepada Associated Press bahwa dia tersinggung oleh pemberitaan tersebut.

Baca juga: Raja Salman ke Trump : Saudi Ingin Solusi yang Adil untuk Palestina

“Biasanya (pasukan militer), Anda tidak memilih misi semacam apa. Anda setuju untuk melayani dan Anda setuju untuk pergi ke tempat tugas Anda," ucap Richardson.

Seorang anggota aktif yang ditempatkan di Akademi Militer Amerika Serikat di akademi militer West Point mengatakan kepada The Guardian pada Senin (7/9/2020), bahwa komentar presiden tidak selalu mengejutkan.

"Aku tidak akan melupakannya. Tapi, saya tidak bisa memilih panglima tertinggi (presiden) saya, dan saya menerima apa yang dia katakan dengan menyakitkan," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com