Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Ibu Dicurigai Tega Bunuh 5 Anak dan Pergi Bersama 1 Anak Lainnya untuk Bunuh Diri

Kompas.com - 06/09/2020, 05:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

 

OTTAWA, KOMPAS.com - Pemandangan yang memprihatinkan di dalam flat keluarga di Solingen, Jerman barat, saat polisi menemukan 5 orang kakak-beradik yang sudah mati lemas. 

Melansir The Sun pada Sabtu (5/9/2020), kata seorang tetangga kematian kelima anak tersebut disebabkan oleh ibu mereka.

Polisi mendobrak masuk ke dalam flat menggunakan linggis setelah diberi tahu tentang kematian anak-anak itu oleh nenek mereka.

Tetangga mengatakan mereka melihat beberapa petugas polisi dan pekerja darurat lainnya  menangis, ketika sedang menyelidiki kasus di dalam sana.

"Ketika polisi dan petugas penyelamat keluar sambil menangis, jelas bagi kami bahwa sesuatu yang buruk pasti telah terjadi," kata seorang penduduk kepada Pledge Times.

Baca juga: Anggota Kongres Brasil Beserta Anaknya Didakwa Terlibat dalam Pembunuhan Suaminya

Ketika menemukan anak-anak itu petugas peolisi masih berusaha mencoba menyadarkan mereka, tetapi mereka sudah "tak bernyawa" lagi, saat mereka ditemukan.

Polisi juga terkejut dengan kondisi kehidupan keluarga di flat kumuh itu.

Gambar dari tempat kejadian menunjukkan sidik jari di jendela yang kotor, dan tanaman di balkon yang mati.

Atas temuan kasus kematian itu, sebagai bentuk keprihatianan, warga setempat membuatkan tumpukan bunga dan boneka binatang yang ditempatkan di luar blok apartemen.

Ada satu pesan di antara tumpukan bunga dan boneka itu, bertuliskan "mengapa?" dalam bahasa Jerman.

Baca juga: Anggota Hezbollah Bersalah Atas Pembunuhan Rafic Hariri, Mantan PM Lebanon 2005 Silam

Sang ibu dari kelima anak tewas itu bernama Christiane K, yang mana oleh media lokal Jerman diduga menjadi pelaku pembunuhan 5 anaknya.

Kelima anak yang meninggal itu bernama Luca, 8 tahun, dan Timo, 6 tahun, Sophie, 3 tahun, Leonie 2 tahun, dan Melina yang baru berusia 1 tahun.

Menurut penyiar RTL, kakak laki-laki anak-anak itu berusia 11 tahun, bernama Marcel, menyaksikan ibunya (27 tahun) melakukan pembunuhan yang mengerikan kepada adik-adiknya.

Polisi tertinggi, Marcel Maierhofer mengatakan bahwa otopsi anak-anak itu menunjukkan bukti mati lemas dan obat penenang.

Diyakini anak-anak itu dibunuh pada Rabu malam (2/9/2020). Keesokan harinya, Christian K dan Marcel melakukan perjalanan dengan kereta api ke Dusseldorf sejauh 20 mil dari rumah mereka.

Baca juga: Jaksa Terakhir sejak Sidang Pembunuhan Terbesar dalam Sejarah Kini Berusia 100 Tahun

Dia ditinggalkan di kereta saat ibunya turun dan melemparkan dirinya ke rel di Stasiun Pusat Dusseldorf.

Dia diselamatkan oleh petugas pemadam kebakaran, tetapi tetap dalam kondisi serius dan polisi mengatakan dia belum dalam keadaan fit untuk diinterogasi.

Bocah itu dilaporkan tetap di kereta sampai dia tiba di rumah neneknya sekitar 30 mil jauhnya di Mönchengladbach.

Polisi mengatakan dia tidak terluka dan saat ini dalam perawatan kerabatnya.

Media Jerman melaporkan Marcel mengirim pesan kepada seorang teman pada Kamis sore di WhatsApp.

Baca juga: Mantan Jutawan Dipenjara dengan Tuduhan Pembunuhan Seorang Wanita

Dengan dingin, dia menulis, "Saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa Anda tidak akan melihat saya lagi karena semua saudara saya sudah meninggal."

Teman itu awalnya mengira itu adalah lelucon kelam, sampai dia pergi ke apartemen keluarga itu dan menemukan rumahnya ditutupi garis polisi.

Empat dari anak-anak tersebut berasal dari pernikahan terakhir ibunya dan 2 dari hubungan sebelumnya.

Polisi berhubungan dengan kedua ayah dan tidak ada yang dicurigai melakukan kesalahan dalam kasus ini.

Stefan Weiand, juru bicara polisi, mengatakan, "Kami berasumsi bahwa kejahatan telah dilakukan. Bagaimana dan mengapa hal itu terjadi, kami tidak dapat mengatakannya."

Saat ini, kami berasumsi bahwa ibu berusia 27 tahun itu yang bertanggung jawab.

"Ibunya menjatuhkan dirinya di depan kereta api di Dusseldorf dan terluka parah."

Baca juga: Pria di China Dibebaskan dari Tuduhan Pembunuhan Setelah 27 Tahun Dipenjara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Sun
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com