Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Kesehatan Prediksi Jumlah Kematian karena Covid-19 di AS Lebih dari 410.000 pada 2021

Kompas.com - 05/09/2020, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Lebih dari 410.000 orang di Amerika Serikat (AS) terancam dapat tewas akibat virus corona pada 1 Januari tahun depan, lebih dari 2 kali lipat jumlah kematian saat ini.

Prediksi itu mulai ramai dikutip oleh para pejabat kesehatan tinggi pada Jumat, menurut laporan yang dilansir dari CNN pada Jumat (4/9/2020).

Itu berarti 224.000 lebih nyawa hilang di AS selama 4 bulan ke depan.

Penggunaan masker yang hampir universal dapat mengurangi jumlah kematian tambahan yang diproyeksikan lebih dari setengahnya, menurut model dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington.

Namun, itu juga menandakan jumlah korban tewas kumulatif bisa jauh lebih tinggi dari 410.000 pada tahun baru, jika semua pembatasan dilonggarkan.

"Jika strategi kekebalan kelompok dikejar, artinya tidak ada intervensi pemerintah lebih lanjut dari sekarang hingga 1 Januari, jumlah kematian dapat meningkat menjadi 620.000," menurut pengarahan IHME.

Baca juga: Panel Independen Siap Investigasi WHO Terkait Pandemi Virus Corona

Tingkat kematian bisa mencapai 3.000 per hari yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada Desember, sebagian karena "menurunnya kewaspadaan masyarakat," perkiraan IHME.

Untuk saat ini, model tersebut menunjukkan penurunan penggunaan masker di beberapa wilayah dari puncak penggunaan pada awal Agustus.

Model IHME lebih agresif dalam prediksinya dibandingkan model lainnya.

Itu terjadi sehari setelah perkiraan CDC baru memperkirakan 211.000 kematian AS akibat Covid-19 pada 26 September.

Virus corona telah menginfeksi lebih dari 6,1 juta orang di seluruh negeri, dan lebih dari 186.800 telah meninggal, menurut Universitas Johns Hopkins.

Baca juga: Eks PM Italia, Silvio Berlusconi Terjangkit Virus Corona

Pelarangan penggunaan tembakau di kampus

Anggota parlemen mengulangi seruan kepada perguruan tinggi untuk melarang penggunaan tembakau pada musim gugur ini karena pandemi virus corona.

Dalam sebuah surat kepada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), anggota parlemen Demokrat, mendesak badan kesehatan federal untuk meninjau pedoman Covid-19 dan merekomendasikan pelarangan pengkonsumsian rokok, vape, atau mengunyah tembakau di sekolah.

Surat itu mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa orang muda yang pernah menggunakan rokok elektrik berpotensi 5 kali lebih mungkin didiagnosis terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Meski Pandemi Virus Corona, Latihan Parade Militer Korut Jalan Terus

Peneliti Stanford University menerbitkan laporan tersebut bulan lalu di Journal of Adolescent Health.

"Setelah studi Stanford, Universitas Nevada, Las Vegas (UNLV) mengumumkan bahwa mereka melarang penggunaan tembakau di kampus pada musim gugur...Dalam membuat keputusan itu, UNLV mempertimbangkan bahwa jika seseorang merokok, vaping, atau mengunyah tembakau, mereka tidak dapat memenuhi persyaratan untuk mengenakan masker," tulis Raja Krishnamoorthi dan Senat Demokrat Whip Dick Durbin dalam surat itu.

Dengan risiko kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh virus corona, kata mereka, CDC harus "bertindak cepat dan tegas."

Bulan lalu, Krishnamoorthi menulis surat kepada Food and Drug Administration meminta untuk sementara waktu membersihkan pasar semua rokok elektrik selama krisis virus corona.

Dia menulisnya atas nama Subkomite tentang Kebijakan Ekonomi dan Konsumen.

Baca juga: DJ Positif Corona di Penjara, Penularan Lokal Pertama di Thailand dalam 100 Hari

Kaum muda diimbau untuk berhati-hati

Lebih banyak orang muda yang terinfeksi virus corona dalam jumlah yang lebih tinggi. Para ahli khawatir hal itu hanya akan berkembang karena banyak perguruan tinggi dan sekolah dibuka kembali.

Pada Agustus saja, misalnya, hampir 7.000 orang atau sekitar 30 persen yang berasal dari kelompok usia antara 18-24 tahun dinyatakan positif Covid-19 di Missouri, kata Gubernur Mike Parson.

"Sementara orang muda dan sehat cenderung memiliki gejala ringan dan pemulihan cepat...mereka mungkin secara tidak sadar membawa Covid-19 ke seseorang yang lebih tua atau dengan kondisi yang mendasarinya, yang tidak dapat melawan virus corona," ujar Parson.

"Inilah mengapa ini (aturan pembatasan) sangat penting untuk kaum muda untuk berhati-hati dan memahami tanggung jawab, "kata Parson.

Sementara, lebih banyak orang muda terus dites positif, sebagian besar dari mereka belum memerlukan rawat inap.

Baca juga: Tes Corona Berbasis Air Liur Akan Diuji Coba Massal di Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com