Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kremlin Bantah Klaim bahwa Navalny Diracun dengan Novichok

Kompas.com - 04/09/2020, 08:01 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Kremlin pada Kamis (3/9/2020) membantah klaim bahwa Moskwa telah meracuni pemimpin oposisi Alexei Navalny, seiring meningkatnya seruan untuk tindakan internasional setelah Jerman mengatakan bahwa Navalny telah diracuni dengan Novichok.

Novichok yang dalam bahasa Rusia berarti "pendatang baru" dikembangkan di era Uni Soviet, di sebuah fasilitas berjarak 80 kilometer dari ibu kota Moskwa.

Dikutip Daily Mail, Kamis (3/9/2020), racun novichok lebih kuat dari senjata kimia lain bahkan bisa menembus masker gas dan pakaian pelindung.

Para pemimpin Barat menunggu jawaban dari Moskwa setelah Berlin pada Rabu kemarin mengatakan bahwa ada "bukti kuat" Navalny diracun menggunakan novichok.

Navalny, salah satu pengkritik paling keras Presiden Rusia, Vladimir Putin, jatuh sakit dalam penerbangan bulan lalu dan dirawat di rumah sakit Siberia sebelum dievakuasi ke Berlin.

Jerman mengklaim bahwa Navalny diracun menggunakan Novichok, zat yang sama yang digunakan terhadap eks agen ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya, di kota Salisbury, Inggris 2 tahun lalu.

Baca juga: Mengenal Novichok, Racun Saraf Era Uni Soviet yang Diduga Dipakai Meracuni Alexei Navalny

Hal itu memicu kecaman luas dan tuntutan untuk dilakukannya penyelidikan.

Sementara itu, melansir AFP, pihak Rusia menyangkal ada bukti bahwa Navalny diracun dengan novichok. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Kamis kemarin mengatakan bahwa Berlin tidak menyediakan bukti apapun.

"Tidak ada alasan apapun untuk menuduh negara Rusia," ujar Peskov, menolak diskusi soal sanksi ekonomi dan mendesak Barat untuk tidak terburu-buru dalam menghakimi.

Rusia telah menderita akibat berbagai sanksi dari Barat yang dijatuhkan atas pencaplokan Krimea pada 2014 serta dampak pandemi virus corona, juga penurunan harga minyak.

Moskwa tentu sangat ingin menghindari tekanan lebih lanjut pada ekonominya.

Baca juga: Alexei Navalny Novichok Finding Sparks Outrage among Western Leaders

Hanya Rusia yang bisa menjawab

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan temuan racun novichok menimbulkan beberapa pertanyaan yang sangat serius dan hanya bisa dijawab oleh Rusia.

Sementara, pihak Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Uni Eropa dan NATO semua menyatakan terkejut atas insiden tersebut.

Racun saraf novichok yang berarti "pendatang baru" dalam bahasa Rusia, adalah racun yang dikembangkan oleh pemerintah Soviet jelang akhir Perang Dingin yang dapat digunakan dalam bubuk, cairan, atau uap ultra halus.

Racun itu terkenal digunakan melawan Skripal di Inggris pada 2018, sebuah upaya pembunuhan yang diyakini Barat diperintahkan oleh Kremlin, tetapi disangkal Rusia.

Navalny jatuh sakit setelah naik pesawat di Siberia bulan lalu, dengan asistennya mengatakan mereka curiga dia minum secangkir teh beracun di bandara.

Baca juga: Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Diduga Diracun dengan Racun Saraf Novichok

Dia awalnya dirawat di rumah sakit setempat di Siberia, di mana dokter mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan zat beracun dalam darahnya, sebelum akhirnya dia diterbangkan ke Berlin untuk perawatan khusus pada 22 Agustus.

Pengacara karismatik jebolan Yale, yang telah menjadi politisi oposisi terkemuka Rusia selama sekitar satu dekade itu, masih di unit perawatan intensif dan tetap menggunakan ventilator.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com