Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Bulan Pandemi Virus Corona, Sikap Para Pemimpin Dunia Ini Jadi Sorotan

Kompas.com - 02/09/2020, 13:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Wabah virus corona telah berlangsung selama 6 bulan sejak dinyatakan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret. Bukannya jumlah kasus semakin turun, justru penyebarannya semakin masif.

Dilansir dari Reuters, Minggu (30/8/2020), jumlah kasus virus corona di seluruh dunia telah melampaui 25 juta kasus.

Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia dilaporkan melebihi 840.000 kematian.

Amerika Serikat (AS) adalah pemuncak jumlah kasus virus corona di seluruh dunia, disusul Brasil sebagai nomor dua.

Kendati demikian, sejumlah pemimpin di dunia, terutama AS dan Brasil, masih dianggap “meremehkan” pandemi virus corona oleh media-media barat.

Baca juga: 8 Bulan Bergulat dengan Virus Corona, Wuhan yang Dulu Menderita Kini Berpesta

Presiden AS, Donald Trump

Presiden AS Donald Trump me-retweet beberapa unggahan penganut teori konspirasi yang mengklaim jumlah korban tewas telah dibesar-besarkan.

Dilansir dari The New York Times, Trump me-retweet sejumlah unggahan pada Sabtu (29/8/2020) dan Minggu (30/8/2020) pagi.

Sejumlah unggahan tersebut menyatakan jumlah kematian sebenarnya akibat virus corona itu hanya sekitar 9.000 karena banyak dari mereka yang meninggal juga memiliki masalah kesehatan lain dan sebagian besar berusia lanjut.

Faktanya, para ahli mengatakan bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan oleh pemerintah AS mungkin bisa lebih rendah dari angka kematian yang sebenarnya.

Setidaknya ada 370 kematian virus korona baru dan 33.239 kasus baru dilaporkan di Amerika Serikat pada Minggu, menurut database yang dikelola oleh The New York Times.

Twitter menghapus salah satu tweet yang di-retweet oleh Trump.

Trump juga me-retweet pesan yang menyerukan agar Gubernur New York, Andrew M Cuomo, dipenjara karena tingginya angka kematian akibat virus corona di panti jompo di negara bagian itu.

Cuomo menanggapi di umpan akun Twitter-nya beberapa jam kemudian, menunjuk pada kegagalan pemerintahan Trump untuk mengatasi pandemi.

“Gedung Putih tidak belajar apa-apa dari Covid-19. Ancaman nasional membutuhkan kepemimpinan nasional. Sudah 6 bulan tanpa strategi nasional untuk menguji atau menyembunyikan mandat,” tulis Cuomo.

Dia menambahkan hanya pemerintah federal yang memiliki kekuatan untuk berperang melawan Covid-19 namun mereka gagal dan menyebabkan negara menderita.

Selain itu, Trump kerap kali melontarkan pernyataan yang kontroversial tentang virus corona seperti menyebutnya sebagai flu biasa dan menuduh WHO adalah boneka China.

Trump juga membuat pernyataan misinformasi seperti penyuntikan disinfektan ke tubuh dan menyarankan meminum obat anti-malaria setiap hari.

Pada awal Agustus, Trump berkeras bahwa kasus virus corona yang terjadi di negaranya "masih rendah di seluruh dunia".

Dalam wawancara dengan jurnalis Axios Jonathan Swan, sang presiden memberikan grafik dan chart bahwa kasus Covid-19 di AS rendah.

"Lihat, AS terendah dalam berbagai kategori. Kita terendah di dunia, terendah di Eropa," ujar Trump dan membuat Swan mengernyit.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat mengucapkan terima kasih ke National Health Service (NHS) dalam sebuah pesan video pada Minggu (12/4/2020), bersamaan dengan perayaan Paskah.PIPPA FOWLES/10 DOWNING STREET via REUTERS Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat mengucapkan terima kasih ke National Health Service (NHS) dalam sebuah pesan video pada Minggu (12/4/2020), bersamaan dengan perayaan Paskah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com