Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Terima Seruan Reformasi, Loyalis Monarki Thailand Gelar Aksi Tandingan

Kompas.com - 30/08/2020, 19:52 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

BANGKOK, KOMPAS.com – Sekitar 1.200 loyalis kerajaan Thailand menggelar aksi tandingan dengan di berkumpul Bangkok pada Minggu (30/8/2020).

Mereka mendukung monarki Thailand setelah para mahasiswa menggelar demo anti-pemerintahan dan menyerukan reformasi hampir setiap hari.

Para loyalis kerajaan tersebut berkumpul di gedung olahraga di Bangkok dengan membawa bendera nasional dan memegang foto Raja Maha Vajiralongkorn sebagaimana dilansir dari Reuters.

Kebanyakan dari mereka sudah tidak berusia muda lagi. Para loyalis tersebut disebut sebagai Thai Pakdee yang artinya orang Thailand yang setia.

Banyak di antara mereka memakai baju kuning, warna yang menyimbolkan kerajaan Thailand. Mereka mendesak agar rakyat Thailand melindungi monarki dan negara.

Baca juga: Seorang Pengacara HAM di Thailand Ditangkap 3 Kali Dalam Sebulan

Di antara mereka ada yang memakai bandana bertuliskan “We Love The King” sementara yang lain membawa spanduk bertuliskan “selamatkan bangsa”.

Ada juga yang membawa spanduk bertuliskan “jangan ganggu loyalis” dan tulisan yang cukup berani “gulingkan institusi, langkahi dulu mayatku”.

"Inti dari kelompok kami adalah untuk melindungi monarki dengan pengetahuan dan fakta," kata politikus sayap kanan terkemuka Warong Dechgitvigrom.

Dia meluncurkan kelompok tersebut untuk menggelar aksi tandingan dari mahasiswa pada bulan ini karena dia merasa monarki sedang diserang.

“Kami berkeras bahwa konflik negara berasal dari politikus. Lembaga monarki tidak memiliki peran dalam mengatur negara,” sambung Warong.

Baca juga: Ditekan Pemerintah, Facebook Blokir Grup yang Kritik Monarki Thailand

Dia menambahkan lembaga monarki adalah sebuah institusi moral untuk menyatukan masyarakat agar bisa bersatu.

Salah satu demonstran, Somporn Sooklert (63) mengatakan bahwa dia ingin generasi muda menghargai negara, agama, dan monarki Thailand.

“Karena tanpa salah satu dari ketiga itu, negara tidak akan dapat bertahan hidup,” ujar Somporn.

Aksi tersebut digelar setelah unjuk rasa dari para mahasiswa yang menuntut Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha untuk mundur dan menuntut pemilihan umum yang baru.

Beberapa dari pengunjuk rasa itu secara terbuka menyerukan reformasi monarki, sebuah hal yang tabu di Thailand.

Baca juga: Demo Besar di Thailand Libatkan Anak Muda, Apa Pemicunya?

Pasalnya, melalui peraturan lese majeste, penghina institusi kerajaan dapat dihukum penjara maksimal 15 tahun.

Thai Pakdee juga telah menetapkan tiga tuntutan. Pertama, tidak ada pembubaran parlemen.

Kedua, menindak siapa saja yang berusaha menggulingkan monarki dengan hukuman maksimal.

Ketiga, tidak ada perubahan dalam konstitusi kecuali melalui “jalur yang tepat”.

Pekan lalu, Prayuth memperingatkan bahwa negara itu bisa "dilalap api" jika perpecahan terus berlanjut.

Baca juga: Demo Terbesar di Thailand Pecah Sejak 6 Tahun Terakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com