Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teroris Penembakan Masjid Selandia Baru Hadapi Korbannya dengan Tampang Datar

Kompas.com - 24/08/2020, 19:21 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

Hawes melanjutkan, apa yang dilakukan Tarrant merupakan terorisme, di mana dia ingin menebarkan ketakutan kepada pihak yang dia anggap "penjajah".

Dalam hal ini, sasarannya adalah Muslim atau secara umum, kaum migran non-Eropa.

Baca juga: Sidang Terdakwa Penembakan Masjid Christchurch Brenton Tarrant Tak Boleh Disiarkan Langsung

"Teroris yang dicuci otak"

Abdiaziz Ali Jama, pengungsi Somalia berusia 44 tahun, mengungkapkan dia melihat bagaimana saudaranya, Muse Awale, ditembak mati, dan dia merasa trauma.

"Saya bisa melihatnya dan mendengar suara rata-rata-rata (suara tembakan) di kepala saya," kata Ali Jama di persidangan.

"Saya bisa melihat kilasan, menyaksikan mayat di sekeliling saya dengan darah di mana-mana," kata korban lain, putra dari Ashraf Ali.

Baca juga: Teroris Penembak Masjid di Selandia Baru Hadapi 50 Dakwaan Pembunuhan

Imam Masjid Al Noor Gamal Fouda mengatakan, dia melihat Tarrant dan bisa melihat kebencian yang ada dari "teroris yang dicuci otak".

"Kami ini cinta damai dan rasa bencimu itu tak berasalan. Engkau telah membuat masyarakat ini semakin bersatu dengan rencana jahatmu," kata Imam Fouda.

Sidang itu memperdengarkan bagaimana Tarrant sampai di Selandia Baru pada 2017, dan tinggal di Dunedin, sekitar 360 km di selatan Christchurch.

Selama dua tahun di sana, pria yang pernah bekerja sebagai pelatih kebugaran tersebut menimbun senjata serta 7.000 biji amunisi.

Dua bulan sebelum serangan, dia berangkat ke Christchurch di mana dia menerbangkan drone ke arah Al Noor. Di sana, dia tak hanya mengamati bangunannya.

Baca juga: Umat Muslim Christchurch Masih Dibayangi Ketakutan dan Kilas Balik Aksi Teror

Dia juga mengamati pintu masuk serta pintu keluar, secara detil mencatat bagaimana dia menempuh perjalanan ke lokasi yang hendak dia serang.

Pada 15 Maret 2019, dia memulai aksinya dengan persenjataan kelas berat, yang dia tulisi dengan berbagai simbol kulit putih.

Jaksa Hawes menyatakan, dia juga mengenakan helm berkamera untuk menyiarkan serangannya, dan memodfifikasi kontainer berisi bensin.

Nerdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil interogasi, si teroris berniat menggunakan kontainer itu untuk membakar masjid.

Beberapa menit menjelang serangan, dia mengunggah manifesto setebal 74 halaman ke situs ekstremis, dan memberi tahu keluarganya apa reaksi mereka jika ditemui media dan polisi.

Hakim Cameron Mander menegaskan Tarrant tidak akan dibiarkan menggunakan persidangan sebagai ajang untuk menyebarkan nilai supremasi kulit putih.

Adapun sidang tersebut akan digelar hingga Kamis (27/8/2020).

Baca juga: Pelaku Penembakan Masjid di Christchurch Keluhkan Perlakuan di Penjara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com