TRIPOLI, KOMPAS.com – Pada Jumat (21/8/2020) pagi, pemerintah Libya mengumumkan gencatan senjata di seluruh negeri dan menyerukan pemilihan presiden sekaligus parlemen Maret mendatang.
Gencatan senjata tersebut disepakati oleh Ketua Parlemen Libya yang berpusat di Tobruk, Aguila Saleh, dan Perdana Menteri Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA), Fayez Al Sarraj.
Saleh didukung oleh pemimpin Tentara Nasional Libya (LNA) Khalifa Haftar sedangkan Al Sarraj diakui oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Saleh menyerukan pernyataan serentak untuk gencatan senjata segera dan agar Sirte menjadi markas sementara Dewan Presiden yang baru sebagaimana dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu (22/8/2020).
Organisasi internasional maupun regional di seluruh dunia menyambut gencatan senjata tersebut dan berharap ada titik terang perdamaian di Libya.
Baca juga: Parlemen Mesir Restui Rencana Pemerintah Kerahkan Tentara ke Libya
PBB menyambut baik kesepakatan di Libya untuk menghentikan tembakan dan mengaktifkan proses politik.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Kepala Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL) untuk urusan politik, Stephanie Williams.
Dalam pernyataan tertulis, Williams menyambut pernyataan gencatan senjata secara simultan oleh Al Sarraj dan Saleh.
"Merupakan keputusan berani yang sangat dibutuhkan Libya selama masa-masa sulit ini," kata dia sebagaimana dilansir dari Middle East Monitor.
Dia menambahkan bahwa inisiatif bersama tersebut memberi harapan lagi untuk menemukan solusi politik dan damai untuk krisis Libya yang berkepanjangan.
Baca juga: Ribuan Unta Serbu Jalanan Usai Serangan Udara di Pelabuhan Tripoli, Libya
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan