Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Berdaya: Perjuangan Perempuan Kulit Hitam Mendapatkan Hak Pilih yang Setara

Kompas.com - 19/08/2020, 18:06 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber ABC News

Dalam menghabiskan 5 tahun terakhir memeriksa setiap catatan dan dokumen dalam sejarah klub NACW, Carter menemukan bahwa NACW memiliki hampir puluhan hak pilih aktif yang mengadakan pertemuan hak pilih di rumah mereka, berbicara di depan umum dan bergabung dengan pawai.

"Yang mengejutkan saya adalah seberapa banyak keterlibatan yang dimiliki klub yang satu ini (NACW)," kata Carter.

"Saya mencoba untuk menjelaskan tugas-tugas monumental yang dilakukan para wanita ini, terutama dengan rintangan yang dihadapi mereka," ujar Carter.

Begitu Amandemen ke-19 disahkan pada 1920, pekerjaan perempuan kulit hitam, untuk kepentingan semua perempuan, belum selesai.

Baca juga: Seorang Wanita Tak Dikenal Halangi Seorang Pria Kulit Hitam Antarkan Makanan

Mereka harus melanjutkan perjuangan mereka untuk mendapatkan hak suara penuh hingga 1965, dengan disahkannya UU Hak Pilih yang melarang diskriminasi rasial dalam pemungutan suara.

Kerja keras yang dilakukan para perempuan kulit hitam hak pilih meninggalkan bekas yang masih terasa dalam politik saat ini.

Dalam pemilihan umum 2018, 55 persen pemilih perempuan kulit hitam yang memenuhi syarat memberikan suara, 6 poin persentase di atas jumlah pemilih nasional, menurut Biro Sensus AS.

Pekerjaan perempuan kulit hitam juga berlanjut hingga hari ini dalam upaya memastikan setiap orang memiliki hak yang sama untuk memilih.

Hal itu dapat dilihat pada karya wanita seperti Stacey Abrams, yang tahun lalu meluncurkan organisasi Fair Fight, sebuah inisiatif bernilai jutaan dolar yang bertujuan untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap semua pemilih.

Usahanya itu ia lakukan setelah kalah dalam pemilihan gubernur Georgia pada 2018.

"Anda tidak dapat menjelaskan Stacey Abrams dari kisah Susan B. Anthony dan Elizabeth Cady Stanton. (Gerakan Abrams) tidak muncul begitu saja dan dia sendiri mengatakan itu, bahwa dia lahir dari tradisi aktivisme dan politik wanita Afrika-Amerika," terang Jones.

Berikut adalah 6 perempuan kulit hitam yang berada di garis depan tradisi aktivisme Afrika-Amerika, khususnya dalam mendapatkan hak pilih bagi perempuan, seperti yang dilansir dari ABC News pada Selasa (18/8/2020).

Baca juga: Misteri Banyak Orang Kulit Hitam Tewas Gantung Diri, Publik Ragukan Hasil Penyelidikan

1. Ida B. Wells

Wells lahir sebagai budak di Mississippi pada 1862 dan kemudian menjadi seorang guru, sekaligus ibu dari 4 anak.

Wells merupakan sosok penting dalam gerakan anti-hukuman mati, yang terkenal menghadapi hak pilih kulit putih yang pro-hukuman mati.

Dia juga memimpin organisasi perempuan kulit hitam yang merupakan akar dari gerakan hak pilih, yaitu membantu mendirikan NACW dan kemudian Klub Hak Pilih Alpha (Alpha Suffrage Club/ASC) di Chicago, yang mengorganisir wanita untuk membantu memilih kandidat, menurut Layanan Taman Nasional (National Park Service/NPS).

"Gerakan klub, yang diorganisir di bawah payung NACW, mungkin adalah analog terdekat yang kita miliki dengan organisasi hak pilih yang dipimpin oleh perempuan kulit hitam," kata Jones.

Wells secara khusus memprotes pemisahan gerakan hak pilih pada Parade Hak Pilih 1913 di Washington, D.C. Wells diminta bersama perempuan kulit hitam lainnya untuk berbaris di belakang parade, tetapi dia menolak.

Sebaliknya, menurut NPS, dia menunggu perempuan kulit putih dari Chicago untuk berbaris dalam pawai dan kemudian bergabung dengan pawai.

2. Mary McLeod Bethune

Potret Dr. Mary McLeod Bethune (1875 - 1955), aktivis hak sipil, presiden serta pendiri Bethune Cookman College, sekitar 1920-an.Chicago History Museum/Getty Images via ABC News Potret Dr. Mary McLeod Bethune (1875 - 1955), aktivis hak sipil, presiden serta pendiri Bethune Cookman College, sekitar 1920-an.

Bethune adalah anak mantan budak kelahiran South Carolina yang kemudian menjadi guru dan pendiri Universitas Bethune-Cookman di Pantai Daytona, Florida.

Dia menjadi suara terkemuka tentang hak-hak sipil, hak-hak perempuan dan hak-hak anak, menjabat sebagai presiden Federasi Klub Wanita Berwarna (Federation of Colored Women's Clubs/FCWC), presiden NACW, dan pendiri Dewan Nasional Wanita Negro (National Council of Negro Women/NCNW), menurut Universitas Bethune-Cookman.

Selain memperjuangkan kesetaraan perempuan kulit hitam, Bethune berada di garis depan dalam memastikan kontribusi perempuan kulit hitam akan diingat.

Menurut NPS, dia menyadari pentingnya melestarikan catatan sejarah tentang kekayaan dan keragaman kontribusi perempuan Afrika-Amerika terhadap budaya Amerika, dengan menjalankan Mary McLeod Bethune Council House, sebuah Situs Sejarah Nasional di Washington, DC.

Baca juga: Laporkan Pria Kulit Hitam yang Menegurnya, Wanita Ini Terancam Dipenjara

Dia membayangkan koleksi permanen dan terus bertambah yang akan digunakan oleh sejarawan dan pendidik.

"Dia secara unik memahami pentingnya menjaga arsip sejarah perempuan kulit hitam dan dampaknya terhadap generasi mendatang," menurut sumber NPS, yang mencatat Bethune adalah presiden perempuan pertama dari organisasi yang sekarang dikenal sebagai Asosiasi untuk Studi Kehidupan dan Sejarah Afrika-Amerika (Association for the Study of African American Life and History/ASALH).

3. Mary Church Terrell

Potret aktivis Hak Sipil Amerika dan Hak Pilih Wanita dan jurnalis Mary Church Terrell (1863 - 1954), akhir abad ke-19.Stock Montage/Getty Images via ABC News Potret aktivis Hak Sipil Amerika dan Hak Pilih Wanita dan jurnalis Mary Church Terrell (1863 - 1954), akhir abad ke-19.

Halaman:
Sumber ABC News
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com