BAMAKO, KOMPAS.com - Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita, mengundurkan diri setelah disandera oleh kelompok pemberontak dari elemen tentara pada Selasa (18/8/2020).
Dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah, Keita mengatakan dia juga membubarkan pemerintah dan parlemen.
"Saya ingin tidak ada darah yang tumpah untuk membuat saya tetap berkuasa," kata Keita.
Pengunduran dirinya terjadi beberapa jam setelah dia dan Perdana Menteri Boubou Cisse dibawa ke kamp militer dekat Ibu Kota Mali, Bamako.
"Jika hari ini, elemen tertentu dari angkatan bersenjata kita ingin ini diakhiri melalui intervensi mereka, apakah saya benar-benar punya pilihan?" kata Keita sebagaimana dilansir dari BBC.
Sebelumnya, tentara pemberontak menguasai kamp militer Kati.
Ada kemarahan di antara pasukan tentang gaji, konflik yang terus berlanjut dengan para kelompok teroris, serta ketidakpuasan yang meluas dengan presiden.
Baca juga: Desa di Mali Diserang dan Dibakar, 26 Orang Tewas
Keita memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilihan umum 2018.
Meski memenangkan pemilihan umum, ada sejumlah elemen yang marah atas korupsi, salah urus ekonomi, dan meningkatnya kekerasan komunal.
Faktor-faktor tersebut memicu sejumlah protes besar dalam beberapa bulan terakhir.
Koalisi oposisi baru yang dipimpin oleh tokoh konservatif, Mahmoud Dicko, menyerukan reformasi setelah menolak konsesi dari Keita.
Baca juga: Dua Helikopter Tabrakan Saat Kejar Milisi di Mali, 13 Tentara Perancis Tewas
Aksi pemberontakan tentara dipimpin oleh Wakil Komandan Kamp Militer Kati, Kolonel Malick Diaw, serta komandan lainnya, Jenderal Sadio Camara.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan