Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang: Lyudmila Pavlichenko, Sniper Wanita Paling Mematikan Berjuluk Lady Death

Kompas.com - 18/08/2020, 19:10 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

KIEV, KOMPAS.com - Lahir pada 1916 di Ukraina, Lyudmila Pavlichenko terkenal sebagai sniper wanita paling mematikan sepanjang sejarah.

Ia ikut terjun ke medan tempur di Perang Dunia II untuk membela Red Army, julukan militer Uni Soviet.

Saking jitunya bidikan Pavlichenko, ia sampai dijuluki Lady Death (Dewi Kematian), dan menjadi momok tersendiri bagi para tentara Jerman.

Reputasinya di garis depan medan perang sangat populer, dengan 309 korban tewas yang dikonfirmasi atas namanya.

Hebatnya lagi, itu hanya dilakukannya dalam hitungan bulan dan menempatkannya di jajaran penembak jitu terhebat sepanjang masa.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Deng Xiaoping, Arsitek Perekonomian China

Di masa kecilnya Pavlichenko menekuni bidang olahraga, dengan berkompetisi di beberapa cabang atletik.

Bakatnya dalam menembak kemudian terendus usai seorang bocah lelaki menyebarluaskan prestasi Pavlichenko.

Tak lama kemudian wanita kelahiran 12 Juli 1916 itu jatuh cinta pada olahraga menembak dan bergabung dengan klub tembak.

Singkat cerita Pavlichenko lalu mendapat lencana sniper serta sertifikat penembak jitu, dan saat kuliah di Universitas Kiev ia mengembangkan keterampilannya lagi dengan masuk ke akademi sniper.

Menurut catatan Sky History, ketika Hitler melancarkan Operasi Barbarossa pada Juni 1941, Pavlichenko yang kala itu berusia 24 tahun berlari ke kantor perekrutan di Odesa, Ukraina.

Awalnya petuga perekrut menyuruhnya untuk jadi perawat saja, tetapi petugas laki-laki itu langsung berubah pikiran usai Pavlichenko menunjukkan sertifikat dan lencana sniper-nya.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Edward Jenner, Penemu Vaksin

Pavlichenko kemudian terdaftar di Divisi Senapan ke-25 Red Army sebagai sniper.

Secara total ada 2.000-an wanita menjadi sniper di Red Army selama Perang Dunia II, dan hanya sekitar 500 yang berhasil bertahan hidup.

Dengan minimnya amunisi dan logistik, Pavlichenko awalnya hanya bertempur tanpa senapan dan hanya memegang granat.

"Sangat frustrasi harus mengamati jalannya peperangan hanya dengan satu granat di satu tangan," tulisnya dalam memoar yang dikutip Sky History.

Hingga akhirnya, seorang kawan yang tertembak memberikan senapan Mosin-Nagant miliknya.

Segera setelahnya Pavlichenko membuka "rekening jumlah korban"-nya.

Baca juga: [KUTIPAN TOKOH DUNIA] Napoleon Bonaparte, Penguasa Eropa dari Perancis

Aksi di medan perang

Alkisah, ada dua tentara Romania yang sedang menggali lubang perlindungan hanya beberapa ratus meter dari posisi Pavlichenko.

Setelah diberi izin menembak, dia menantapkan bidikannya dan mendapat korban pertamanya.

Pavlichenko menggambarkan momen itu sebagai "tembakan pembaptisan".

Lyudmila Pavlichenko, dianggap sebagai sniper perempuan paling mematikan dalam sejarah militer Uni Soviet.RBTH Lyudmila Pavlichenko, dianggap sebagai sniper perempuan paling mematikan dalam sejarah militer Uni Soviet.
Konon dua tentara Romania itu tidak dihitung dalam jumlah korban resmi Pavlichenko karena dianggap "tembakan percobaan", tetapi rekan-rekan sang Lady Death mengklaim dua tentata itu masuk ke daftar korban.

"Satu-satunya yang saya rasakan adalah kepuasan besar, perasaan pemburu yang membunuh binatang mangsanya," tutur Pavlichenko menggambarkan keberhasilan membunuh korban pertamanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com