WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang jurnalis AS mengungkapkan, dia sudah menunggu lima tahun untuk mengajukan kepada Presiden Donald Trump, apa dia menyesal sudah berbohong.
Semua berawal ketika sang presiden memberikan konferensi pers terkait virus corona dan calon rivalnya di Pilpres AS, Joe Biden.
Di tengah-tengah berbicara itu, jurnalis asal Huffington Post, SV Date, mengajukan pertanyaan yang membuat Trump bahkan terkejut.
Baca juga: Trump Akan Aktifkan Lagi Sanksi PBB ke Iran dengan Snapback, Apa Itu?
"Tuan Presiden, setelah 3,5 tahun, apakah Anda menyesal sudah berbohong kepada rakyat AS?" tanya Date seperti dikutip Global News pekan lalu.
"Menyesal soal apa?" balas Trump. "Segala kebohongan, segala ketidakjujuran yang Anda sampaikan," jelas koresponden Gedung Putih itu.
Presiden 74 tahun itu kemudian menanyakan apa yang dia maksudkan. "Anda yang melakukan (kebohongan) kepada puluhan ribu orang," kata Date.
Trump berhenti sejenak, sebelum memutuskan mengabaikan pertanyaan itu dan menjawab awak media lain selama konferensi pers.
Dalam kicauannya di Twitter, Date mengaku dia sudah menunggu lama untuk mengajukan pertanyaan itu kepada Trump, yakni selama lima tahun.
Dia menerangkan, dia yakin sang presiden sudah memikirkannya selama beberapa detik. Terlihat dari caranya mengucapkan uuuhh.
Baca juga: Trump Sesumbar Donasikan Gaji untuk Perbaikan Patung Rusak Akibat Amuk Massa
"Dia memutuskan bahwa mungkin saja yang paling tepat saat momen itu adalah dengan tidak menjawabnya," ujar Date dalam video yang ditayangkan Huffington Post.
Date berujar, dia meyakini pada beberapa kesempatan pemimpin dari Partai Republik tersebut tahu dia sering berbohong kepada publik.
Dia melanjutkan memaklumi jika mungkin saja ada wartawan Gedung Putih lainnya yang punya pikiran serupa, namun tidak pernah bertanya.
For five years I've been wanting to ask him that.
— S.V. Dáte (@svdate) August 13, 2020
Sebabnya adalah akses untuk meliput di Gedung Putih. Tapi, dia menuturkan salah satu dari sedikit orang yang masih mengikuti setiap perkataan presiden.
"Penting baginya memberikan informasi akurat. Dia bekerja untuk kami. Di dunia demokrasi, seperti inilah yang ideal," paparnya.
Berdasarkan data dari pemeriksa fakta The Washington Post, selama menjabat Trump sudah membuat sekitar 20.000 kebohongan atau informasi sesat.
Pernyataan keliru itu meliputi sidang pemakzulan dirinya, virus corona yang tengah merebak, hingga kematian pria kulit hitam bernama George Floyd.
Baca juga: Adik Kandung Presiden AS, Robert Trump Meninggal Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.