Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunjungan Delegasi AS ke Taiwan, China: Jangan Main Api!

Kompas.com - 14/08/2020, 07:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - China memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak 'bermain api' pada Rabu (12/8/2020) setelah delegasi AS, Menkes Alex Azar mengakhiri kunjungannya di Taiwan.

Melansir AFP, Beijing marah dengan kunjungan delegasi tertinggi AS dalam beberapa dekade ke Taiwan, yang masih menjadi teritorialnya di saat relasi AS-China sedang terpuruk di titik terendah, mulai soal perdagangan sampai wabah virus corona.

Menteri Kesehatan Alex Azar telah menyelesaikan kunjungan 3 harinya di Taiwan, selama itu dia mengkritisi penanganan pandemi yang dilakukan China serta mengunjungi sebuah kuil memorial eks presiden Taiwan yang dibenci oleh pemimpin Partai Komunis.

Beijing mengecam kunjungan Azar pada Rabu kemarin dan mengatakan, "dengan tegas menentang pertukaran resmi antara AS dan Taiwan dengan alasan apapun."

"Mengenai masalah yang melibatkan kepentingan inti China, beberapa orang di AS tidak boleh menyembunyikan ilusi, mereka yang bermain dengan api akan terbakar," kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian pada jumpa pers reguler.

Baca juga: Menkes AS: Trump Tawarkan Dukungan Kuat kepada Taiwan

"Saya juga ingin mengingatkan pihak berwenang Taiwan untuk tidak tunduk pada orang lain, bergantung pada dukungan orang asing, dan bertekad mengejar kemerdekaan, yang merupakan jalan buntu," kata Zhao.

Beijing menegaskan bahwa Taiwan - yang telah memerintah sendiri sejak 1949 - adalah bagian dari "satu China" dan telah berjanji untuk bereaksi dengan kekerasan jika secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan.

Pada hari terakhir perjalanan, Azar mengunjungi kuil untuk mendiang eks presiden Taiwan Lee Teng-hui pada Rabu, memuji peran Lee Teng-hui dalam mengarahkan transisi pulau itu menuju demokrasi.

Anggota kabinet AS itu menulis pesan belasungkawa untuk Lee, yang meninggal bulan lalu dalam usia 97 tahun.

"Warisan demokrasi Presiden Lee akan selamanya mendorong hubungan AS-Taiwan ke depan," tulis Azar.

Lee adalah sosok yang menjulang dalam sejarah Taiwan baru-baru ini.

Baca juga: Didesak China, Taiwan Khawatir Nasibnya akan Sama Seperti Hong Kong

Dia menentang China dengan mendorong pulau itu untuk diakui sebagai negara yang berdaulat dan mendapatkan julukan "Tuan Demokrasi" untuk peran yang dia mainkan dalam transisi dari pemerintahan otoriter.

Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, membenci Lee. Ketika berita kematiannya muncul, media pemerintah China menyebutnya "Bapak baptis pemisahan diri Taiwan".

Baik Washington dan Taipei menggambarkan perjalanan Azar sebagai kesempatan untuk belajar dari keberhasilan pertempuran Taiwan melawan virus corona.

Pulau ini memiliki kurang dari 500 infeksi dan hanya tujuh kematian, dibandingkan dengan lebih dari 160.000 kematian di Amerika Serikat.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com