MINSK, KOMPAS.com - Pada Minggu ini (9/8/2020), seharusnya Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, bisa melenggang untuk berkuasa lebih dari 30 tahun.
Jika merujuk pada pemilihan sebelumnya, semua penantangnya tak memberi perlawanan berarti karena aparat bakal memberangus mereka.
Namun dalam pemilihan kali ini, Lukashenko tidak akan semudah itu melenggang seperti lima edisi sebelumnya. Sebab, kini ada tiga perempuan yang punya "misi" menghentikannya.
Baca juga: Presiden Belarus Ini Mengaku Berhasil Kalahkan Virus Corona
Ketiga Srikandi tangguh itu adalah Svetlana Tikhanovskaya, Veronika Tsepkalo, dan Maria Kolesnikova, dilaporkan Sky News Sabtu (8/8/2020).
Mereka bertiga merupakan istri sekaligus manajer kampanye dari tiga kandidat presiden yang dilarang untuk mengikuti pemilihan di Belarus.
Mereka berusaha untuk menggalang dukungan dari kelompok oposisi dan memusatkannya ke Tikhanovskaya, seorang ibu berusia 37 tahun.
Suami Tikhanovskaya, Sergei, merupakan blogger di YouTube. Sementara atasan Kolesnikova, Victor Babaryko, adalah bankir. Mereka dipenjara saat masa kampanye.
Sementara suami Tsepkalo, Valery, merupakan mantan duta besar untuk Amerika Serikat (AS), sekaligus figur penting di sektor IT Belarus.
Dia memutuskan untuk mengasingkan diri ke Moskwa, Rusia, bersama dua anak mereka setelah merasa bahwa situasi negara tengah berbahaya.
Baca juga: Presiden Belarus Hadiri Paskah di Tengah Covid-19: Saya Tak Setuju Orang Dihalangi ke Gereja
Kepada koresponden Sky News Diana Magnay, Valery menjelaskan bahwa mereka memutuskan ke Rusia setelah mendapat bocoran dari dua sumber terpercaya.
"Ada rencana untuk menahan kami dan memisahkan anak kami dengan alasan kami orangtua yang buruk. Jadi, kami menetapkan keputusan ini," jelas Valery.
Tikhanovskaya disebut mengirim anak-anaknya ke Eropa demi memasitkan keselamatan mereka, dengan buah kandidat oposisi lain sudah lama dipisahkan dan ditempatkan di panti asuhan negara.
Dalam kampanyenya di kota Mogilev, Tikhanovskaya mengatakan bahwa dia beberapa kali mempunyai keinginan untuk mengundurkan diri.
Dia mengungkapkan tidak bisa berbicara di depan publik dan tidak berdaya ketika menghadapi tindakan pemerintah yang menangkap suaminya.
Baca juga: Presiden Belarus ini Sebut Vodka dan Sauna Lindungi Diri dari Virus Corona
"Namun, berusaha meyakini bahwa kalian semua masih bersatu sebagai bangsa ini membuat saya bisa melewatinya," ujar Tikhanovskaya.
Aksi ketiga perempuan itu mendatangkan massa dalam jumlah besar, yang belum pernah dilihat oleh Belarus sejak memisahkan diri dari Uni Soviet.
Mereka menarik kerumunan berjumlah 60.000 di ibu kota Minsk, kemudian puluhan ribu lainnya di setiap kota yang mereka datangi.
Baca juga: Presiden Belarus Sebut Negerinya Siap Bersatu dengan Rusia
Bagi mereka yang baru terjun ke politik, ini jelas merupakan momen melelahkan, di mana stres sudah nampak di wajah mereka.
Tetapi, sikap terus terang dan tekad mereka telah memberikan harapan bagi jutaan orang yang menginginkan adanya perubahan.
Tikhanovskaya menerangkan, dia masih orang yang tidak percaya diri. Tetapi dia mempunyai misi di mana dia harus melewati segala tantangan.
"Orang sering mengatakan bahwa perempuan itu lemah. Mungkin demikian. Namun jika sudah waktunya di mana kami harus jadi kuat, kami akan melakukannya," paparnya.
Agenda mereka sebenarnya mudah saja. Bebaskan semua tahanan politik. Lalu jikq Tikhanovskaya menang, mereka harus menggelar pemilu adil dalam waktu enam bulan.
Baca juga: Indonesia dan Belarus Kerjasama Persiapkan Generasi Milenial
Sejak awal Mei, kelompok pembela HAM Viasna mencatat terdapat sekitar 1.300 orang yang ditahan karena memprotes tindakan rezim Alexander Lukashenko.
Karena itu, tidak mengherankan jika rezim Lukashenko dianggap sebagai diktator terakhir di Eropa, di mana oposisi menentangnya.
Di kota Babrysk, seorang guru mengungkapkan bahwa dia sempat menghabiskan 1,5 tahun di penjara atas tuduhan membuat pernyataan palsu.
Meski begitu, dia mengaku tidak kapok untuk menyuarakan apa yang dianggapnya benar. Dia menuturkan pernyataan pemerintah di televisi dan kenyataan di lapangan jauh berbeda.
"Di Babrysk, semua pabrik berhenti beroperasi. Orang-orang tak punya uang. Mereka kelaparan di jalanan. Ini realitas yang kami hadapi, dan kami tak ingin itu," kata dia.
Baca juga: Di Hari Ultah, WN Belarus Ditemukan Tewas di Gili Trawangan
Belum lagi bagaimana sang presiden sangat meremehkan Covid-19. Dia pertama kali menyepelekan dengan memerintahkan warganya minum vodka.
Kemudian publik juga harus pergi ke sauna (banyas) sebagai obat melawan wabah, sebelum kemudian mengakui dia sendiri adalah orang tanpa gejala.
Kelompok sipil merasa bahwa mereka bisa melakukan perubahan setelah negara tidak mengirim bantuan medis ke rumah sakit selama pandemi.
Baca juga: Belarus, Negara yang Penduduknya Rakus Informasi
Kemudian dalam insiden aneh pekan lalu, pihaknya menangkap menangkap 33 terduga tentara bayaran dari perusahaan swasta militer milik Rusia, Wagner, di sanatorium di luar Minsk.
Berdasarkan keterangan dari dinas rahasia Belarus (KGB), mereka dicurigai karena tidak meminum alkohol seperti layaknya turis asal Negeri "Beruang Merah" lainnya.
Moskwa menerangkan bahwa mereka tengah transit, dengan Lukashenko mengklaim bahwa mereka hendak melakukan revolusi di ibu kota.
Pada Jumat (7/8/2020), kepada jurnalis Ukraina dia berjanji bakal angkat senjata dan melawan segala "agresi hibrida" jika keamanan nasional terganggu.
Namun, Tikhanovskaya menegaskan pihaknya tidak akan melakukan kerusuhan, dengan Kremlin sendiri juga tak berniat mengganggu politik Belarus.
Baca juga: Belarus Utamakan Integrasi Eurasia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.