Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstrasi Pecah Setelah Ledakan di Beirut, PM Lebanon Janjikan Pemilu Dini

Kompas.com - 09/08/2020, 13:46 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

BEIRUT, KOMPAS.com - Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan, dia bakal menggelar pemilu dini untuk meredakan krisis buntut ledakan hebat di Beirut.

Pernyataan itu Diab sampaikan setelah demonstrasi pecah, di mana pasukan keamanan terlibat bentrok dengan pengunjuk rasa pada Sabtu (8/8/2020).

Para demonstran marah karena elite politik yang berkuasa dinilai bertanggung jawab atas ledakan di Beirut, yang menewaskan lebih dari 150 orang.

Baca juga: Akankah Presiden Perancis Mengembalikan Kedudukan Kolonial di Lebanon?

Kita tentu tidak bisa lepas dari jeratan krisis ini tanpa adanya pemilu dini," kata Hassan Diab dalam pidato yang disiarkan televisi.

Dia menggaungkan seruan dari pergerakan massa pada Oktober 2019, di mana mereka meminta agar pemeirntahan yang korup dan tak becus lengser.

"Pada Senin (10/8/2020), saya akan mengusulkan kepada kabinet untuk merumuskan undang-undang terkait pemilihan,' kata dia dilansir Al Jazeera.

Diab, yang kabinetnya lolos dari mosi tak percaya pada Februari menyatakan, dia tidak bersalah dalam krisis politik dan ekonomi yang membelit Lebanon.

PM Lebanon berusia 61 tahun itu menyerukan kepada seluruh faksi politik di negara kawasan Teluk tersebut unruk mengesampingkan pertikaian mereka.

Selain itu, dia juga menerangkan berencana bertahan di posisinya selama setidaknya dua bulan guna memberi kesempatan adanya reformasi politik.

Baca juga: Buntut Ledakan Beirut, Segudang Borok Lebanon Terkuak

Pada Mei 2018, Lebanon menggelar pemilihan parlemen untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, setelah para politisi yang bertikai memperpanjang masa tugas mereka.

Beberapa saat sebelum pidato Diab dimulai, sekelompok pengunjuk rasa mengambil alih kantor kementerian luar negeri, dan menjadikannya basis pergerakan mereka.

Selain itu, massa juga merangsek ke kantor kementerian ekonomi dan energi. Mereka mengambil foto Presiden Michel Aoun dan membantingnya.

Selama aksi unjuk rasa pada Sabtu tersebut, beberapa demonstran memajang tiang gantungan sebagai bentuk peringatan kepada pemerintah.

Selain membunuh lebih dari 150 orang, ledakan yang terjadi di Beirut pada Selasa petang waktu setempat (4/8/2020) juga melukai 5.000 lainnya.

Sebanyak 2.750 metrik ton amonium nitrat, disimpan di gudang selama enam tahun, disinyalir sebagai penyebab isniden paling parah di dunia pada masa ini.

Pemerintah sudah menegaskan mereka akan mencari pelakunya, dengan puluhan pejabat pelabuhan dan bea cukai ditahan untuk diinterogasi.

Baca juga: Benarkah Hezbollah Tidak Terlibat dalam Ledakan Dahsyat di Lebanon?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com