BEIRUT, KOMPAS.com - Presiden Lebanon Michael Aoun menolak penyelidikan internasional dalam bentuk apa pun, terkait ledakan dashyat di Beirut.
Menurutnya, ledakan di pelabuhan itu terjadi akibat rudal atau kelalaian petugas.
Ledakan tersebut menewaskan sedikitnya 154 orang hingga Sabtu (8/8/2020), dengan sekitar 5.000 orang luka-luka.
Baca juga: 60 Orang Masih Hilang Pasca-ledakan di Beirut, Lebanon
Sementara ini 2.750 amonium nitrat yang 6-7 tahun tersimpan di gudang pelabuhan, dianggap sebagai penyebab ledakan.
Insiden ini mmemicu protes besar atas bobroknya pemerintahan Lebanon. Bahkan Aoun pun pada Jumat (7/8/2020) mengakui, sistem yang "lumpuh" perlu "dipertimbangkan lagi".
Presiden berusia 85 tahun itu menjanjikan "keadilan ditegakkan cepat", tetapi menolak seruan banyak kalangan untuk mengadakan penyelidikan internasional.
Baca juga: Protes Pecah Setelah Ledakan Mengguncang Ibu Kota Lebanon, Tuntut Pemerintah Mundur
"Ada dua skenario atas apa yang terjadi: kelalaian atau campur tangan asing melalui rudal atau bom," katanya dikutip dari AFP.
Ini adalah kali pertama seorang petinggi negara Lebanon menyebut adanya kemungkinan pelabuhan itu telah diserang.
Awal mula kebakaran di gudang dan ledakan di pelabuhan Beirut ibu kota Lebanon, sampai sekarang masih simpang siur.
Baca juga: Viral, Foto Momen Terakhir 3 Pemadam Kebakaran Sebelum Ledakan di Beirut, Lebanon
Asal-usul muatan besar amonium nitrat itu masih misteri, sedangkan sesaat sebelum ledakan dikabarkan ada pengelasan pintu gudang.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan