Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikuti Langkah India, Trump Akan Blokir TikTok di Amerika Serikat

Kompas.com - 01/08/2020, 11:22 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (31/7/2020) mengatakan, akan memblokir TikTok di AS.

Itu dilakukannya seiring meningkatnya kekhawatiran, bahwa aplikasi tersebut dapat menjadi alat pengintaian bagi intelijen China.

Kekhawatiran itu diungkapkan oleh para pejabat AS dan anggota parlemen dalam beberapa pekan terakhir, tapi TikTok membantah mereka ada hubungan dengan pemerintah China.

Baca juga: Partai Pendukung Trump Khawatirkan TikTok Ganggu Suara Pemilihan Presiden AS

Trump sebelumnya dilaporkan akan mengambil alih kepemilikan TikTok dari perusahaan induk China ByteDance ke perusahaan AS, tapi kini mengumumkan hendak melarang penggunaan aplikasi itu di "Negeri Paman Sam".

Saat berbicara ke para wartawan di Air Force One Trump berkata, "Soal TikTok sejauh ini, kami melarang mereka di Amerika Serikat."

Ia menambahkan, dia akan mengambil tindakan secepatnya pada Sabtu (1/8/2020) untuk menggunakan kekuatan ekonomi darurat atau perintah eksekutif.

Baca juga: Gara-gara Joget TikTok, 5 Influencer Wanita Dipenjara 2 Tahun

Langkah Trump ini ditempuh menyusul adanya tinjauan dari Komite Investasi Asing (CFIUS) di AS, yang menyelidiki kesepakatan-kesepakatan yang berdampak ke keamanan nasional AS.

TikTok yang sangat populer di kalangan generasi muda, diperkirakan memiliki 1 miliar pengguna di seluruh dunia.

Saat dihubungi oleh kantor berita AFP, TikTok menolak berkomentar tentang rumor penjualannya dengan berujar, "Kami yakin akan kesuksesan jangka panjang TikTok."

"Ratusan juta orang memakai TikTok untuk hiburan dan koneksi, termasuk komunitas kreator dan artis kami yang meraup penghasilan dari platform ini."

Baca juga: Bagaimana TikTok Bisa Terjebak di Pusaran Konflik AS-China?

Perusahaan TikTok pekan ini menjanjikan adanya transparansi tingkat tinggi, termasuk memungkinkan peninjauan algoritma guna kenyamanan pengguna dan regulator.

"Kami tidak berpolitik, kami tidak menerima iklan politik dan tidak memiliki agenda."

"Satu-satunya tujuan kami adalah tetap menjadi platform yang dinamis untuk dinikmati semua orang," kata CEO TikTok Kevin Mayer dalam unggahannya pekan ini.

"TikTok telah menjadi target terbaru, tetapi kami bukan musuh."

Baca juga: Karyawannya Diminta Hapus TikTok, Amazon Klarifikasi itu Kesalahan

Popularitas TikTok meningkat pesat sejak ByteDance mengakuisisi aplikasi Musical.ly yang berbasis di AS pada 2017, dan menggabungkannya dengan fitur video.

James Lewis kepala program kebijakan teknologi di Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan, ia yakin risiko keamanan di TikTok "mendekati nol", tetapi ByteDance bisa saja ditekan China untuk ikut melakukan penyensoran.

"Sepertinya ByteDance mungkin diperas oleh Beijing, sehingga divestasi mereka jadi masuk akal. Mereka bisa mulai menyensor," terangnya dikutip dari AFP.

Lewis mengatakan, otoritas AS di bawah CFIUS punya kekuatan untuk melepaskan akuisisi yang telah disetujui.

Tindakan serupa sudah dilakukan pada 2019 ke aplikasi kencan Grindr usai dibeli perusahaan China.

Baca juga: Ingin Hukum China soal Covid-19, Trump Berniat Larang TikTok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com