Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gorila Rafiki Tewas Dibunuh di Uganda, Pelaku Dipenjara 11 Tahun

Kompas.com - 30/07/2020, 22:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

KAMPALA, KOMPAS.com - Pembunuh Rafiki, gorila legendaris di Uganda, dijatuhi hukuman penjara 11 tahun.

Pelaku bernama Felix Byamukama, dan ia mengaku bersalah telah memasuki wilayah yang dilindungi secara ilegal, dan membunuh seekor gorila.

Byamukama mengatakan, gorila itu menyerangnya dan ia membunuh Rafiki untuk membela diri, menurut keterangan dari Otoritas Margasatwa Uganda (UWA) yang dikutip BBC Kamis (30/7/2020).

Baca juga: Rafiki, Gorila Terkenal yang Terancam Punah, Mati Ditombak oleh Pemburu

Gorila gunung terancam punah karena tinggal menyisakan sekitar 1.000 ekor, dan UWA mengatakan, "Keadilan telah ditegakkan untuk Rafiki".

Byamukama juga mengaku bersalah telah membunuh kijang kecil yang dikenal sebagai duiker dan babi hutan, serta membawa daging kedua hewan tersebut.

Sebelumnya dia mengaku ke UWA, dirinya bersama tiga orang lainnya pergi ke Taman Nasional Bwindi Impenetrable dengan maksud berburu hewan-hewan kecil.

Ia lalu membunuh Rafiki sebagai upaya mempertahankan diri karena diserang.

Baca juga: 4 Pelaku Pembunuh Gorila Rafiki Ditangkap

Hasil penyelidikan menunjukkan, Rafiki terbunuh oleh benda tajam yang menembus organ-organ internalnya.

Gorila itu hilang pada 1 Juni dan tubuhnya ditemukan oleh tim pencari pada hari berikutnya.

Tim UWA lalu melacak keberadaan Byamukama di desa terdekat, dan ia ditemukan bersama peralatan berburunya.

Sementara itu 3 orang lainnya membantah tuduhan itu, tapi tetap dijebloskan ke penjara dan menunggu persidangan.

Byamukama akan menjalani beberapa hukuman bersamaan, yang jika dijumlahkan total menjadi 11 tahun penjara.

Durasi itu jauh dari perkiraan sebelumnya yakni hukuman seumur hidup.

Baca juga: Berkelahi dengan Adiknya, Gorila Bernama Shango Dites Covid-19

Juru Bicara UWA mengatakan ke BBC, hukuman 11 tahun dijatuhkan karena dia tidak diadili di pengadilan satwa liar.

Rafiki yang diyakini berusia 25 tahun, adalah pemimpin kelompok 17 gorila gunung.

Kelompok gorila ini sudah terhabituasi, yang artinya para anggotanya sudah terbiasa dengan kontak manusia.

Konservasionis khawatir, kelompok itu akan diambil alih oleh pemimpin liar yang tidak mau bersentuhan dengan manusia, dan dapat memengaruhi sektor pariwisata.

Namun UWA langsung mengonfirmasi bahwa kelompok itu sekarang dipimpin oleh penerus dari dalam keluarga dan kondisinya stabil.

Baca juga: Gorila Langka di Dunia Tertangkap Kamera, Gendong Anak di Punggungnya

Gorilla gunung adalah daya tarik populer bagi turis di sana, dan UWA bergantung pada wisatawan untuk mendapatkan penghasilan.

Rafiki sendiri sangat populer di kalangan para pengunjung Taman Nasional Bwindi Impenetrable.

Akan tetapi taman itu ditutup selama pandemi virus corona, dan UWA mengatakan telah terjadi peningkatan perburuan liar.

Selama lockdown berbulan-bulan, sudah terjadi lebih dari 300 insiden, lapor wartawan BBC.

Spesies gorilla gunung habitatnya terbatas di kawasan lindung Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan Uganda.

Selain di Taman Nasional Bwindi Impenetrable Uganda, mereka juga dapat dijumpai di jaringan taman nasional pegunungan Virunga Massif, yang membentang di perbatasan tiga negara.

Pada 2018 gorilla gunung telah dihapus dari daftar spesies yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), setelah upaya konservasi intensif termasuk patroli anti-perburuan liar membuahkan hasil.

Namun IUCN sekarang mengklasifikasikan spesies tersebut sebagai terancam punah.

Baca juga: Momen Gorila Terlangka di Dunia Gendong Bayinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com