Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Bersekutu dengan AS untuk Memprotes Pasukan Laut China di Kepulauan Senkaku

Kompas.com - 30/07/2020, 21:58 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Komandan pasukan Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Rabu (29/7/2020), bahwa AS mendukung protes Jepang terhadap kapal-kapal China yang berlayar di perairan ekonomi dekat dengan pulau-pulau Laut China Timur yang disengketakan.

"AS 100 persen sepenuhnya berkomitmen mendukung pemerintah Jepang dalam masalah Senkaku," ujar Letnan Jenderal, Kevin Schneider yang berbicara mengenai kelompok pulau yang dikendalikan Jepang, seperti yang dilansir dari Associated Press pada Rabu (29/7/2020).

Kemudian, Schneider meyakini bahwa Jepang tidak melakukan pelanggaran dalam masalah Senkaku dan AS akan percaya sepenuhnya. 

Baca juga: Angkatan Udara Jepang Semakin Terancam dengan Operasi Udara Pasukan China

Sementara, China juga mengklaim kepulauan Senkaku yang disebut China dengan nama kepulaun Diaoyu, sebagai wilayahnya.

Jepang telah lama memprotes kehadiran kapal penjaga pantai China yang berulang kali muncul di perairan itu. Schneider juga mencatat penyusupan seperti itu telah meningkat baru-baru ini.

Dia menyebut China "Tantangan nomor 1" dalam keamanan regional, meskipun Korea Utara lebih menjadi "ancaman langsung," mengingat pengembangan senjata yang ada di sana.

Baca juga: Ilmuwan Jepang Bangkitkan Kembali Mikroba Berusia 100 Juta Tahun

Schneider mengatakan AS menawarkan pengawasan informasi dan dukungan lainnya, sejenis "kemampuan pengintaian", yang mengacu pada pemantauan keberadaan musuh potensial.

Alat pengintai tersebut ditawarkan untuk membantu Jepang "menilai situasi dan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam air dan di sekitar Senkaku."

China tidak peduli dengan anggapan Jepang.

Baca juga: Misteri Bangkai Kapal Korea Utara Pembawa Mayat di Perairan Jepang

Juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin, menegaskan kembali klaim China atas kepulauan itu, yang mengatakan bahwa tindakan China adalah "hak yang melekat pada negara itu untuk melakukan kegiatan patroli dan penegakan hukum" di daerah tersebut.

"Kami berharap bahwa pihak-pihak terkait akan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional dan menghindari kata-kata dan perbuatan yang tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional," kata Wang kepada wartawan pada jumpa pers harian.

Sementara itu, dilaporkan CNN pada Rabu (29/7/2020), Jepang juga mendapatkan tekanan China di sektor udara dengan semakin seringnya pesawat pasukan udara China menyusup ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Jepang.

Baca juga: Saran Aturan Baru Kehidupan Malam Jepang: Dilarang Berciuman

Melansir CNN pada Rabu (29/7/2020), pilot pesawat tempur Jepang, Letnan Kolonel Takamichi Shirota mengatakan, paling tidak ada lebih dari 2 kali sehari peringatan potensi bahaya masuk dari udara.

Pasukan Bela Diri Udara Jepang (JASDF) menghitung ada 947 kali tanda bahaya dalam setahun terakhir pada Maret lalu.

Sebagian besar potensi bahaya yang datang berasal dari pesawat tempur Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF), yang mana menurut Shirota intensitasnya semakin meningkat.

"Jumlah pergerakan pelanggaran serangan wilayah udara telah meningkat dengan cepat dalam dekade terakhir, terutama di zona barat daya. Ada sekitar 70 persen dari pergerakan yang terlacak oleh SDF," kata Shirota dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN.

Baca juga: Kisah Geisha di Jepang Bertahan Hidup Kala Pandemi: Jiwa Raga Kami Tercerabut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Kelompok-Kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-Kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Zelensky Berterima Kasih ke Senat AS Usai Setujui Bantuan Rp 985 Triliun untuk Ukraina

Zelensky Berterima Kasih ke Senat AS Usai Setujui Bantuan Rp 985 Triliun untuk Ukraina

Global
Senat AS Setujui Bantuan Militer Rp 209,9 Triliun ke Israel

Senat AS Setujui Bantuan Militer Rp 209,9 Triliun ke Israel

Global
Argentina Surplus APBN untuk Kali Pertama dalam 16 Tahun

Argentina Surplus APBN untuk Kali Pertama dalam 16 Tahun

Global
Senat AS Setujui Paket Bantuan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan

Senat AS Setujui Paket Bantuan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-790 Serangan Rusia ke Ukraina: China Bantah Dukung Perang | Ukraina Panggil Warganya di Luar Negeri 

Rangkuman Hari Ke-790 Serangan Rusia ke Ukraina: China Bantah Dukung Perang | Ukraina Panggil Warganya di Luar Negeri 

Global
Israel Dituding Bertanggung Jawab atas Kuburan Massal 340 Jenazah di RS Gaza

Israel Dituding Bertanggung Jawab atas Kuburan Massal 340 Jenazah di RS Gaza

Global
Begini Cara Perang Rugikan Perkembangan Anak-anak

Begini Cara Perang Rugikan Perkembangan Anak-anak

Global
Israel Tingkatkan Serangan di Gaza dan Perintahkan Evakuasi Baru di Wilayah Utara

Israel Tingkatkan Serangan di Gaza dan Perintahkan Evakuasi Baru di Wilayah Utara

Global
Saat Protes Menentang Perang di Gaza Meluas di Kampus-kampus Elite AS...

Saat Protes Menentang Perang di Gaza Meluas di Kampus-kampus Elite AS...

Global
[POPULER GLOBAL] Tabrakan Helikopter AL Malaysia | Ketegangan Iran Vs Israel Memuncak

[POPULER GLOBAL] Tabrakan Helikopter AL Malaysia | Ketegangan Iran Vs Israel Memuncak

Global
Ulang Tahun, Foto Pangeran Louis Diunggah ke Medsos Usai Heboh Editan Kate

Ulang Tahun, Foto Pangeran Louis Diunggah ke Medsos Usai Heboh Editan Kate

Global
Saat 313 Mayat Ditemukan di Kuburan Massal 2 RS Gaza...

Saat 313 Mayat Ditemukan di Kuburan Massal 2 RS Gaza...

Global
Rusia Batalkan Pawai Perang Dunia II untuk Tahun Kedua Beruntun

Rusia Batalkan Pawai Perang Dunia II untuk Tahun Kedua Beruntun

Global
Hampir Separuh Kota Besar di China Tenggelam karena Penurunan Tanah

Hampir Separuh Kota Besar di China Tenggelam karena Penurunan Tanah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com