Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Tragis Para Anak Tahanan Perang Korea, Status Sosial Rendah dan Cuma Boleh Kerja Kasar

Kompas.com - 27/07/2020, 18:16 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

SEOUL, KOMPAS.com - Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, Lee tidak dapat mengingat apa yang terjadi setelah tiga tembakan dilepaskan oleh algojo yang membunuh ayah dan kakak lelakinya. Peristiwa itu terjadi tiga dekade lalu, ketika Lee berusia 30-an tahun.

Dia ingat apa yang terjadi sebelumnya. Petugas keamanan menyeretnya ke stadion di sebuah desa terpencil di Korea Utara bernama Aoji. Dia dipaksa duduk di bawah jembatan kayu, menunggu sesuatu - dia tidak tahu apa yang akan terjadi.

Kerumunan semakin banyak dan sebuah truk berhenti. Ada dua orang dikawal keluar dari truk. Itu adalah ayah dan kakaknya.

Baca juga: Perang Korea: Invasi, Jalan Buntu, dan Gencatan Senjata

"Mereka mengikat ayah dan kakak saya di tiang, menyebut mereka pengkhianat bangsa, mata-mata dan kaum reaksioner," kata Lee kepada BBC dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Itulah saat ingatannya kabur. "Saya rasa saya berteriak," katanya. "Saya berteriak hingga rahang saya terkilir. Seorang tetangga membawa saya pulang untuk memperbaiki rahang saya."

Para tahanan yang terlupakan

Ayah Lee adalah salah satu dari sekitar 50.000 mantan tahanan perang yang ditahan di Korea Utara pada akhir Perang Korea.

Para mantan tahanan dipaksa masuk ke unit-unit tentara Korea Utara, dan bekerja pada proyek-proyek rekonstruksi atau dalam penambangan selama sisa hidup mereka.

Ketika gencatan senjata ditandatangani pada 27 Juli 1953, tentara Korea Selatan berpikir akan ada pertukaran tahanan dan mereka akan dipulangkan.

Tetapi Korea Utara hanya mengirim sebagian kecil tahanan.

Tak lama kemudian, Korea Selatan melupakan para tahanan itu. Bertahun-tahun sejak itu, tiga Presiden Korea Selatan telah bertemu dengan para pemimpin Korea Utara, tetapi pengembalian para tawanan perang tidak pernah masuk dalam agenda.

Baca juga: Hari Ini, Korea Selatan dan AS Peringati 70 Tahun Perang Korea

Mantan Presiden Korea Selatan Syngman Rhee secara sepihak membebaskan tentara Korea Utara, tetapi hal ini disebut membuat Korea Utara semakin enggan untuk membebaskan tahanan asal Korea Selatan.AFP via BBC INDONESIA Mantan Presiden Korea Selatan Syngman Rhee secara sepihak membebaskan tentara Korea Utara, tetapi hal ini disebut membuat Korea Utara semakin enggan untuk membebaskan tahanan asal Korea Selatan.
Di Utara, keluarga Lee memiliki citra yang buruk.

Ayah Lee lahir di Korea Selatan dan bertempur bersama pasukan PBB dalam Perang Korea melawan Korea Utara - pengalaman yang membuatnya dipandang buruk.

Status sosial keluarga yang rendah menyebabkan mereka hanya dapat bekerja kasar.

Ayah dan kakak laki-laki Lee bekerja di tambang batu bara, tempat kecelakaan fatal sering terjadi.

Ayah Lee memimpikan pulang suatu hari, ketika negara itu bersatu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com