Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Singapura Mengaku Jadi Mata-mata China di AS

Kompas.com - 25/07/2020, 14:52 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang pria Singapura mengakui menggunakan profesinya sebagai konsultan politik untuk mengumpulkan informasi intelijen bagi China.

Jun Wei Yeo, dikenal juga sebagai Dickson Yeo, mengajukan pembelaan di pengadilan federal Washington terkait satu dakwaan, sebagai mata-mata asing.

Dalam pembelaannya, Yeo mengakui bekerja bagi intelijen China antara 2015 dan 2019 untuk "melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah orang Amerika".

Baca juga: Ilmuwan China yang Diduga Terafiliasi Militer Ditahan AS

Dalam keterangan Kementerian Kehakiman AS, Beijing bermaksud menargetkan orang yang punya akses ke sektor vital seperti militer, atau pegawai dengan izin keamanan tingkat tinggi.

Dikatakan Yeo membayar beberapa orang untuk seolah menulis laporan bagi klien di AS, namun yang sebenarnya dikirim ke dinas telik sandi China.

Pengakuan itu terungkap setelah Washington memerintahkan Negeri "Panda" untuk menutup kantor konsulat mereka yang berlokasi di Houston.

Dilansir AFP Jumat (24/7/2020), Washington menuding kantor konsulat itu sebagai pusat kegiatan mata-mata untuk mencuri teknologi dan properti intelektual mereka.

AS juga menahan empat akademisi China dalam beberapa pekan terakhir, di mana mereka dituding berhubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.

Dalam "kesaksian" yang diberikan ke pengadilan dan ditandatangani Yeo, sang konsulat politik mengakui bekerja sebagai mata-mata China.

Tak hanya itu, dia juga melakukan pertemuan dengan agen rahasia Negeri "Panda" selama beberapa kali, bahkan mendapat perlakuan khusus saat ke China.

Baca juga: China Tutup Konsulat AS di Chengdu, Staf Langsung Beres-beres Keluar

Pengumuman tersebut muncul lima pekan setelah dakwaan si pria Singapura disegel, dan secara samar menuduhnya menjadi agen asing.

Dalam pernyataan kementerian, Yeo direkrut untuk bekerja bagi intelijen Negeri "Panda" ketika masih jadi akademisi di National University of Singapore.

Yeo sendiri ditangkap oleh otoritas Negeri "Uncle Sam" ketika terbang kembali ke AS pada November tahun lalu, demikian keterangan Washington.

Selama di NUS, dia meneliti dan menulis mengenai inisiatif "Sabuk dan Jalan", kebijakan yang dilakukan Beijing untuk mengembangkan pengaruh mereka di dunia.

Berdasarkan laman di LinkedIn, dia bekerja sebagai analis politik yang berfokus kepada China maupun negara di Asia Tenggara.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com