Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengketa Bendungan Sungai Nil antara Mesir, Ethiopia, dan Sudan

Kompas.com - 24/07/2020, 22:57 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

KAIRO, KOMPAS.com - Target di tahun pertama untuk mengisi bendungan raksasa yang kontroversial di Sungai Nil sudah tercapai, kata Ethiopia.

Dengan ini rangkaian turbin pertama sudah bisa diuji coba.

Perdana Menteri Abiy Ahmed mengumumkan hal ini saat tiga negara Ethiopia, Mesir dan Sudan setuju untuk meneruskan perundingan terkait bendungan tersebut, sesudah diselenggarakannya pertemuan tingkat tinggi daring antar-ketiga negara.

Baca juga: Sengketa Bendungan GERD di Sungai Nil, Ethiopia Yakin Tak Rugikan Siapa Pun

Proyek ini menjadi sumber ketegangan diplomatik sejak pembangunannya dimulai di Ethiopia pada 2011.

Ethiopia memandang proyek pembangkit listrik ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi mereka dan sumber energi yang vital.

Namun Mesir dan Sudan, yang berada di hilir, mengkhawatirkan bendungan senilai US$4miliar itu akan mengurangi akses mereka terhadap air.

Bertahun-tahun negosiasi yang alot tetap gagal membawa pada kesepakatan mengenai bagaimana dan kapan mengisi bendungan, dan berapa banyak air yang akan dilepaskan oleh bendungan tersebut.

Saat beroperasi, bendungan yang diberi nama Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) akan menghasilkan 6.000 megawatt listrik, membuatnya menjadi bendungan penghasil tenaga listrik terbesar di Afrika. Bendungan ini akan menyediakan listrik bagi 65 juta warga Ethiopia yang kini mengalami kesulitan listrik secara reguler.

Baca juga: 3 Negara Rebutan Sungai Nil, Polemik Bendungan GERD Makin Kusut

Apa kata Perdana Menteri Ethiopia?

“Terbukti dalam dua minggu terakhir di musim hujan bahwa pengisian GERD di tahun pertama telah tercapai dan bendungan yang sedang dalam pengerjaan sudah terpenuhi,” kata PM Abiy.

Menteri pengairan Ethiopia Seleshi Bekele mengatakan hal ini akan memungkinkan dilakukannya pengetesan rangkaian turbin di bendungan.

Pernyataan ini tidak menyediakan angka-angka seputar jumlah air yang kini ada di bendungan. Namun sebelumnya Ethiopia menyebutkan target 4,9 milyar meter kubik air, yang akan mencapai ketinggian pada titik terendah dinding bendungan tersebut.

Ethiopia mengatakan akan mengisi bendungan itu bulan Juli, sementara Mesir memperingatkan agar menundanya sementara perundungan berlanjut.

Masih belum jelas apakah Ethiopia telah mempercepat proses pengisian bendungan, atau apakah bendungan itu terisi oleh air hujan.

Sudan sebelumnya mengatakan telah memperhatikan adanya penurunan aliran air Sungai Nil di wilayah mereka.

Baca juga: Krisis Sudan, Puluhan Mayat Demonstran Bergelimpangan di Sungai Nil

Apa yang terjadi dengan perundingan?

Kesepakatan untuk melanjutkan pembicaraan tercapai dalam pertemuan Uni Afrika (AU) yang dipimpin oleh Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.

Ini terjadi sesudah pertemuan sebelumnya, yang dimediasi oleh AU, gagal menghasilkan kesepakatan antara tiga negara.

Awal tahun ini, Amerika Serikat juga berupaya mengantarai perundingan dan gagal.

Dalam pernyataannya, kantor kepresidenan Mesir mengatakan perundingan mengenai hal ini akan berfokus pada “mengembangkan kesepakatan hukum yang mengikat untuk mengisi dan mengoperasikan” bendungan tersebut.

Baca juga: Bercanda soal Sungai Nil, Penyanyi Mesir Dipenjara 6 Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com